Showing posts with label lomba menulis. Show all posts
Showing posts with label lomba menulis. Show all posts

May 6, 2017

Para Pemenang #GADianOnasis #1


pinjem dari sini 



Bismillah

Sudah adakah yang menunggu pengumuman ini?

Semoga masih ditunggu ya..:)

Aku emang rada molor ngumuminnya, kendalanya sederhana, sebagai ibu rumah tangga  yang juga penulis, maka Menulis, adalah tantangan buatku. Apalagi, jika anak-anak sedang ulangan di sekolah, kemudian, diajak suami pergi ke luar kota dan ditambah pulangnya, anak-anak pada sakit. Hehehe...

Maka, harus dibuat skala prioritas.

Terpaksalah, pengumuman pemenang #GADianOnasis ini kuundur sampe hari ini. Karena aku juga gak mungkin asal-asalan menilai karya teman-teman yang luar biasa mengharukan tersebut.

Penilaian semua kulakukan sendiri. Selain dari tahun 2010, aku sudah terbiasa jadi PJ kumpulan kisah faksi atau fakta yang difiksikan, juga karena pengalamanku sebagai kontributor di puluhan buku, membuatku yakin, insyaAllah, keputusan yang kubuat pada lomba ini, cukup objektif. Amin.

Caraku menilai, ada beberapa tahapan.
Pertama, aku baca langsung dari blog masing-masing peserta. Lalu kupilah dari 24 peserta tersebut, mana naskah yang langsung menyentuh hatiku, yang langsung membuatku ingin membaca terus, dan membuatku berkaca-kaca sejak kalimat pertama.

Sekedar tips buat teman-teman sekalian, siapa tahu ada yang berminat melanjutkan kebiasaan nulis blog menjadi tulisan dalam bentuk buku, bahwa editor ataupun pembaca selalu membuat simpulan tulisan tersebut menarik atau tidak dari 3-4 paragraf pertama. Terkadang langsung ke tengah konflik, dan melihat ending. Hal ini yang kulakukan untuk seleksi awal.

Dari situ, aku kemudian mendapatkan 13 naskah yang menarik perhatianku, baik secara isi, diksi dan konflik.

13 Naskah ini kuprint dan bawa ikut serta keluar kota kemarin ini. Aku bisa membacanya di bus, saat macet dan saat di kamar hotel. Alhamdulillah, separuh naskah berhasil kubaca, kuberi penilaian dan komentar.

Sampai di rumah, dari 13 tersebut, terdapat 8 naskah yang memiliki nilai tersendiri.

Dari situ, aku kembali baca ulang... kubuat penilaian khusus. Ada yang kisahnya sederhana, tapi diksinya bagus dan menarik kubaca sampai tamat. Ada yang konfliknya rumit dan menarik, tapi aku mengantuk membaca di beberapa bagian, karena membosankan kata2 yang digunakannya. Namun ada juga yang konflik menarik banget, tapi ditulis seadanya. Untuk yang model gini aku greget bukan kepalang. Dan sayangnya, harus kusingkirkan, karena ada naskah2 lain yang dengan detail menuliskan rasa dan perjuangannya.

Baiklah....
Detail hadiah bisa dilihat di pengumuman sebelum ini.

Baca : Daftar Peserta dan Hadiah Lomba GA Perdana Dian Onasis 

Aku berharap, para pemenang, dapat menghubungiku via inbox fb ya. Pake akun dianonasis, tapi bukan yang fanpage.
Aku minta alamat pemenang dan nomor rekening untuk pemenang 1, 2 dan 3.
Dan Pemenang pertama diperbolehkan memilih dari paket 1, 2 dan 3, mana yang dia inginkan. Demikian juga pemenang ke 2, boleh memilih dari sisa paket yang sudah dikurangi paket pilihan pemenang pertama. Sehingga pemenang ke tiga, akan mendapat hadiah paket buku yang tersisa. :)
Untuk pemenang 4 hingga 8 juga harap kirimkan alamat rumah di Indonesia, agar dapat dikirimkan hadiah paket buku Berdamai Dengan Ayahnya.
Sedangkan untuk semua pemenang 1 hingga 8 mendapat vocer belanjar di toko buku atau toko green tea nya mba Eno, silahkan kontak Facebook mbak Triani Retno tersebut ya. Masa berlaku vocer adalah 1 bulan saja. Lewat dari situ, daluarsa yaaaa.....

Berikut Pemenang Lomba #GADianOnasis : 

Pemenang Pertama

Judul : Dek Paksi : Hak Sang Maha Baik Yang Dititipkan Pada Kami
Karya : Ophi Ziadah
Link Tulisan  : http://www.ophiziadah.com/2017/03/dek-paksi-hak-sang-maha-baik-yang.html

Pemenang Ke Dua

Judul : Sabar Yang Mengawali Syukur
Karya : Rahmaya Sholiha
Link Tulisan : https://www.facebook.com/notes/rahmaya-sholiha/sabar-yang-mengawali-syukur/10155143505207766/?notif_t=like&notif_id=1490723937087133

Pemenang Ke Tiga

Judul : Ketika Allah Mengambil TitipanNya
Karya : Abdul Cholik
Link Tulisan : http://www.abdulcholik.com/giveaway/ketika-allah-mengambil-titipan-nya

Pemenang Ke Empat 

Judul : Malaikat Bernama Filza
Karya : Rahma Mocca
Link Tulisan : http://rahmamocca.blogspot.co.id/2017/02/malaikat-bernama-filza.html?m=1

Pemenang Ke Lima

Judul : Anak : Titipan, Anugrah Dan Ujian
Karya : Marita Surya Ningtyas
Link Tulisan : http://www.maritaningtyas.com/2017/03/anak-titipan-anugerah-dan-ujian.html

Pemenang Ke Enam 

Judul : Menanti, Memiliki dan Kehilangan
Karya : Dzulkhulaifah
Link Tulisan : http://youngesteight.com/contest/menanti-memiliki-dan-kehilangan/

Pemenang Ke Tujuh 

Judul : Selamat Ulang Tahun : Selalu Ada Cinta Untukmu, Nak!
Karya : Putu Sukartini
Link Tulisan : http://www.emakcihuy.com/2017/03/selamat-ulang-tahun-selalu-ada-cinta.html

Pemenang Ke Delapan 

Judul  : Dua Anakku, Hadiah Terindah Dari Allah
Karya : Suhartini Samiun
Link Tulisan : http://suhartinisamiun.blogspot.co.id/2017/03/dua-anakku-hadiah-terindah-dari-allah.html


***

Demikian, nama para pemenang telah kuumumkan. Keputusan ini tak dapat diganggu gugat, kecuali terbukti, dari para pemenang tersebut, ada yang melakukan kecurangan, dengan menulis kisah yang telah ditulis oleh orang lain, atau melakukan plagiasi atas karya orang lain.
Jika terbukti melakukan pelanggaran hak cipta, maka hak sebagai pemenang akan kutarik kembali, berikut hadiahnya.

Untuk semua 24 peserta, kuucapkan banyak sekali terima kasih. Kalian adalah orang-orang pilihan yang menuliskan kisah atau tulisan yang bermanfaat bagi para pembaca. Mudah-mudahan tulisan tersebut membuka hati dari satu atau banyak pembaca, hingga bersabar dalam menjalani hidup terkait Anak sebagai hak Allah. Amin.

Teruntuk para teman sekaligus sponsor yang baik hati, Mbak Triana Dewi, Mbak Deka Amalia dan Mbak Triani Retno, kuucapkan segudang terimakasih, dan semoga Allah gantikan kebaikan kalian dengan banyak berkah rejeki dan kesehatan yaaa :)

Kepada Allah aku mohon ampun. Semoga GA ini sungguh memberi banyak hikmah bagiku, peserta dan pemenang, serta para pembaca yang telah meluangkan waktu membaca kisah-kisah menarik ini.


Alhamdulillah


***

Medio Awal Mei 2017

Tertanda,

Dian Onasis :)





Jan 8, 2017

Resolusi 2017 : H I J R A H ?





Sudah masuk minggu ke 2 bulan Januari di tahun 2017. Kog baru nulis tentang Resolusi?
Hemmm, terus terang, sebetulnya ilham menulis tentang hal ini sudah lama hadir. Sejak awal Desember 2016. Tapi entahlah, ada yang menahanku untuk menulisnya, hingga sampai ada satu titik yakin, bahwa inilah saatnya menuliskan sikap yang harus kuambil di awal tahun ini.

Tapi, tunggu dulu.

Sebetulnya, apa itu Resolusi? 
Kalau melihat isi kamus sih, artinya merupakan jalan keluar atau pemecahan atau penyelesaian atau keputusan atau ketetapan.

Wah? Kalau begitu, kata resolusi pada tulisan kali ini sebetulnya mewakili kata apa? 
Aku pribadi memilih kata keputusan dan jalan keluar. Kenapa? Karena sering kali resolusi di awal tahun, diniatkan untuk memperbaiki atau memberikan jalan keluar atas masalah yang mungkin di tahun sebelumnya tak terlaksana atau tak bisa dikerjakan. Karenanya diputuskan untuk memperbaikinya di tahun berikutnya.

Yup! Kira-kira demikian yang terbayang di hati, saat bicara resolusi.

Manusia perlukah memiliki resolusi? Iya, tapi tidak wajib. Resolusi itu hanyalah salah satu tool atau alat untuk memudahkan seseorang dalam memantapkan dirinya memulai sesuatu. Tanpa resolusi pun, jika orang yang sudah biasa memiliki rencana-rencana dalam kehidupannya, tentu bisa melakukan tahapan kehidupan. Hanya saja, jika tanpa rencana, lalu tak memiliki resolusi, dan membiarkan semuanya berjalan tanpa arah, tentu patut disayangkan. 

Nov 10, 2016

Merayu Demi Belajar Menulis Buku




Aku menahan napas, saat kulihat namaku ada dalam daftar. Kalimat Alhamdulillah meluncur perlahan dari bibir. Mataku menelusuri nama pada daftar yang diupload di komunitas penulis cerita anak, bekerjasama dengan penerbit Tiga Serangkai.

"Bang, Dian lolos. Ada nama Dian di daftar calon penulis yang ikut serta Workshop First Novel Tiga Serangkai," kataku sambil menahan degup jantung yang begitu kuat. Sesaat kukira si Jantung, seperti ingin meloncat keluar. 

Suamiku hanya melirik sejenak. Tak ada komentar apa-apa. Khas dia banget. 

"Kegiatan Workshop di Bandung, Bang." lanjutku. Kutahan rasa gembiraku. Terus terang, aku agak sedikit kecewa dengan reaksinya. Lalu, kulihat ada sedikit perubahan dari raut mukanya. 

"Bandung? berapa lama? Nanti Si Billa gimana?" pertanyaannya memberondong. Detik itu, aku merasa seperti mati di tempat. 

Jun 27, 2016

Romantis Itu, Apa Adanya


Romantis bagi suamiku, adalah apa adanya.
Saat aku iseng ingin welfie, ia sigap menjaga anak-anakku yang super aktif
hehehe... 


"Bang... kenapa sih, Abang gak pernah romantis kayak suami-suami di tivi, gitu?" gugatku iseng di suatu malam. 

Anak-anak sedang asyik bermain di luar kamar, dan moment berdua yang jarang terjadi di usia pernikahan masuk tahun ke 17 itu, kugunakan untuk mempertanyakan soal romantisme. 

Entahlah, aku pribadi sebetulnya bukan perempuan yang suka hal-hal romantis.  Tapi terkadang, saat ulang tahunku atau pun anniversary, ingin juga dikasih kejutan. :)

Awal-awal pacaran jarak jauh, suamiku rajin nulis surat berlembar-lembar, karena saat itu ia masih berlayar. Komunikasi kami hanya telepon dan surat.  Lucunya, setelah 10 tahun menikah, aku baru tahu, kalau sebetulnya,  ia sering mengutip hal-hal yang romantis secara islami dari buku-buku agama miliknya. 

"Biar banyak yang ditulis aja!" alasannya saat kutanya. Jawaban yang bikin aku sebel sekaligus geli. Hingga kini, tumpukan surat-surat cintanya tersimpan rapi. 

Pernah, beberapa bulan lalu, saat merapikan perpustakaan kami, kubaca sebagian isi surat-surat tersebut. Sambil terkikik-kikik kubacakan bagian ia menyebutku sebagai "belahan jiwa", "kekasih hati", dan segala rayuan lainnya. 

Reaksinya ?

Jun 15, 2016

"Angpau" Bagi Imam Masjid

Menara Mesjid Yang Terlihat dari Luar
Pinjam dari sini 


Enam tahun lalu, kala hujan deras mendera kota Guangzhou, memaksaku untuk duduk lebih lama dalam masjid Guang Ta Lu. Tak lama, kulihat seorang perempuan, berlari masuk masjid dan menemui Sang Imam.

Kulirik, perempuan itu berbicara sebentar dengan Sang Imam. Si Perempuan diminta menutupi kaki dan kepalanya dengan sarung dan kopiah. Reflek telingaku mencuri dengar. Aku penasaran.

Qulhuwallah hu ahad….” Sayup Sang Imam membacakan surat Al-Ikhlas, berlanjut dengan doa meminta ampunan dosa bagi orang tua. Prosesi berlangsung sekitar 15 menit. Tak lama perempuan itu berdiri dan mendekati Sang Imam. Mataku mencuri lihat kejadian setelah itu. Ada “angpau” yang berpindah tangan ke Imam masjid.
          
Rasa ingin tahu yang mencengkeram kuat, membuatku nekad mengajak berbincang imam masjid bernama Ibrahim itu.

Jun 8, 2016

Kala Billa Menunggu Bunda





Aku kelimpungan mencari putriku.

Ya, ini gara-gara aku terlambat menjemputnya sekolah. Mulutku mulai ngedumel kesal. Ke mana anak itu perginya? Di kelas tak ada. Di kamar mandi pun tak ada. Kuteriakkan namanya, hingga menggema di gedung sekolah yang mulai lengang.

Tak sengaja, kulangkahkan kaki mendekati mushola sekolah.

Aku tertegun sebentar. Di sanalah putriku berada. Sendirian menjadi makmum perempuan, dari sekian banyak makmum laki-laki.

Di satu sisi, hatiku malu, karena telah berpikiran jelek pada putriku, yang usianya baru menjelang 8 tahun. Di sisi lain, aku terharu. Betapa di saat aku terlambat menjemputnya, ia memilih menungguku dengan sholat zuhur berjamaah.


Masya Allah



Pojok Rumah Yang Menyembuhkan Jiwa



Pojok Kerjaku Yang Baru


Ada sebuah frase indah.
                                             "Rumah adalah tempat di mana hati berada.”

Kalimat ini, pasti bersemayan di hati setiap orang yang mencintai tempat tinggalnya. Di manapun itu.
Demikian pula aku.

Dan menurutku, di setiap bagian dalam rumah, pasti ada sebuah pojok istimewa. 
Dan aku mempunyai pojok atau ruang istimewa itu. Sebuah pojok yang awalnya hanyalah sebuah mimpi masa kecil biasa.
Di rumah orang tuaku dulu, kami punya perpustakaan keluarga. Kecil namun nyaman. Lewat koleksi bacaan mereka, aku jatuh hati pada buku dan aromanya.

Sejak itu, aku menyukai perpustakaan dan buku. 
Papa membuatkan satu ruangan khusus bagi kami, agar nyaman membaca dan menyimpan koleksi buku .
Bertahun berjalan, aku tetap menyimpan sebuah impian dengan malu-malu.

Jun 3, 2016

Mengalirkan Cinta Lewat Bacaan



Menularkan kebiasaan membaca,
Salah satunya dengan mengajaknya ke pesta buku


Kebiasaan membaca sudah kulakukan sejak kecil. Tak ada paksaan sama sekali dari orang tuaku. Hal ini terjadi, karena aku menyontek kebiasaan Mama. Setiap kali aku pulang sekolah, jika Mama tidak sedang di dapur atau ruang tengah, aku bisa pastikan, bahwa beliau ada di kamarnya dan sedang membaca.

“Mama mana, Dek?” Pertanyaan yang rutin kutanyakan pada adik-adikku, jika mereka lebih dulu sampai di rumah, sepulang sekolah.

Salah satu dari mereka akan tersenyum dan bilang, “Mama lagi Bacaaaa!”

Tak jarang, jawaban mereka disuarakan secara bersamaan. Lalu biasanya, kami bertiga akan tersenyum geli, dan mengintip Mama yang sedang membaca sambil tiduran di kamarnya.

Dec 16, 2015

Maafkan Bundamu Yang Pemarah Ini, Ya, Nak.

gambar pinjem dari pinterest.com


Alunan suara seorang hafizh di smartphone mengisi keheningan dalam mobilku. Putri sulungku tertidur di kursi depan. Ia baru selesai kupaksa mendengarkan surah Al Bayyinah. Itu untuk persiapan ujian tahfiznya pagi ini di sekolah. Namun, kondisi mengantuk dan mungkin letih mental habis kuomelin, membuatnya ingin mengistirahatkan diri.

Diomelin?

Iya... kuomelin.

Jul 30, 2015

Liburan Seru Dengan Kereta Api Memburu




Liburan apakah yang seru bersama anak-anak tahun ini, ya?

Pertanyaan ini muncul, saat putriku mulai liburan. Aku tahu, tidak mungkin liburan jauh-jauh, karena Ayah mereka sulit mengajukan cuti. Si Ayah sedang beradaptasi menjadi orang kantoran.

Ternyata, Allah Maha Baik Hati. 

Ayah anak-anak mendapat off selama 2 hari. Mendengar kabar itu, aku segera menyusun proposal kecil, tentang liburan ke tempat yang dekat dan tidak mahal. Sesuai jadwal si Ayah dan budget relatif terjangkau.

Kuhitung perkiraan biaya, lokasi hotel yang representatif dan yang utama, memilih akomodasi yang tepat, yakni Kereta Api. Ya! Kupikir, kereta Api akan membuat seru perjalanan kali ini. Meskipun tujuannya hanya kota Bandung, tapi jika dengan kereta api, sepertinya bisa menjadi pengalaman seru bagi anak-anak. 

Ini mind map yang kugunakan sebagai persiapan sebelum berangkat
Karena membawa anak-anak kecil,
aku tidak mau panik jika ketinggalan hal penting bagi mereka
iya kan? 

Nov 19, 2013

[CERPEN GURITA] Guri si "Pembaca" Cuaca





By Dian Onasis


          Mendung memeluk langit. Kawasan Teluk Qoridra ikut menggelap. Guri memandang ke angkasa. Tangannya, atau lebih tepat, tentakelnya yang berjumlah delapan, bergerak ke sana ke mari memastikan semua peralatan di dekatnya, berjalan dengan baik.

          “Hai, Paman Guri!” sapa suara kecil dari arah jendela.

          Guri segera tahu, siapa yang datang. Wajah mungil milik Camira, si burung camar muda yang sering mampir ke kantornya, terlihat tersenyum cerah.

          “Hai, Camira. Lupa dengan sopan santun bertamu lagi?” sindir Guri sambil pura-pura memasang wajah galak.

Wajah manis Camira langsung memerah. Sering sekali, Camira masuk melalui jendela. Meski sudah diingatkan oleh Guri untuk menggunakan pintu dan belajar mengetuk dulu sebelum masuk, namun Camira selalu lupa. Buru-buru, Camira berputar, terbang dan berdiri di depan pintu. Ia lalu mengetuk pintu secara perlahan dengan paruhnya.

          “Silahkan masuk,” jawab Guri sambil menahan geli.

          “Maaf ya Paman, aku lupa kalau datang bertamu, harus masuk lewat pintu depan, bukan jendela. Habisnya, jendela kantor Paman selalu terbuka, dan seperti mengundangku untuk segera masuk,” dalih Camira dengan lirih. Ia terlihat khawatir, kalau Guri akan marah. Namun, wajah Camira segera cerah kembali, ketika dilihatnya senyum menghias wajah Guri.

          Guri melanjutkan kegiatannya. Camira mendekat perlahan, sambil memperhatikan gerakan tentakel Guri. Tentakel yang satu sedang asyik mencatat, beberapa lainnya mengutak atik beberapa tombol. Ada juga satu tentakel sedang memastikan sebuah alat berada di posisi yang tepat. Lucunya, ada satu yang memegang secangkir kopi yang masih mengepul.

          “Waaah, Paman benar-benar sedang sibuk.” Camira memperhatikan Guri lebih dekat. Guri mengangguk, dan dari ujung matanya, Guri meminta Camira melihat ke arah Selatan. Langit terlihat semakin menghitam.

          “Astaga, ternyata itu yang membuat Paman sibuk? Mengapa langit itu menghitam? Apakah akan datang badai?” suara Camira terlihat cemas. Ia paling tidak suka badai.

          “Sepertinya begitu. Aku sedang memastikan semuanya dalam kondisi baik-baik, atau minimal sudah tahu keadaan dan cuaca yang datang,” jelas Guri.

          Guri melirik kembali ke arah langit. Angin mulai terasa lebih kencang dari biasanya. Tentakelnya semakin sibuk mengutak-atik beberapa alat. Guri sudah tak memegang kopi lagi, karena sudah masuk ke dalam perutnya yang berwarna pucat.

          “Bagaimana kita bisa tahu kalau benar-benar akan datang badai, Paman? Bukankah dulu pernah seperti akan badai, tapi ternyata hanya segumpalan awan hitam yang lewat?” tanya Camira.

          Guri tersenyum. Empat dari delapan tentakelnya sudah tak terlalu sibuk lagi.

          “Kita bisa membacanya cuaca melalui alat-alat ini.” Guri menunjuk beberapa benda di  dekatnya. “Yang ini adalah Termometer, sebagai alat yang mengukur suhu udara. Dengan ini kita tahu suhu udara makin mendingin atau memanas. Jika badai mau datang, umumnya suhu udara lebih dingin.” Kata Guri menunjuk sebuah benda yang menempel di dinding kantornya. 
termometer 

      Camira memandang benda kecil, yang bagian bawahnya agak bulat menggelembung. Terdapat banyak angka di badan benda itu.

Hidrometer

“Nah, kalau yang ini Hidrometer, alat pengukur kelembaban udara. Ini sama pentingnya dengan Termometer. Kita juga butuh Anemometer dan Wind Vane,” kata Guri sambil menunjuk tiga alat lainnya. Camira memperhatikan satu demi satu benda itu. Ada yang mirip Termometer, namun diletakkan di dekat sebuah ember kecil.  Lalu ada tiang yang penuh bulatan setengah bola, dan ada yang seperti penunjuk arah mata angin, dengan putaran khusus di atasnya.

          “Untuk apa Ane…?, Ane apa tadi Paman?” Camira kesulitan menyebut nama alat tadi.
Anemometer

          “Anemometer,” tegas Guri. “Alat ini untuk mengukur kecepatan angin. Sedangkan Wind Vane, yang ada arah mata angin itu adalah alat untuk mengetahui arah angin.” Lanjut Guri menunjuk alat yang bagian atasnya terdapat gambar kapal.

“Ini hanya variasi saja, Camira. Ada juga yang bagian atasnya lambang kuda, ayam atau bahkan bola dunia.” Guri menjelaskan sambil tersenyum, memperhatikan Camira yang terlihat tertarik dengan lambang kapal di atas alat Wind Vane. Camira mundur dari Wind Vane, lalu kembali mendekati Guri.
Wind Vane 
“Nah, apabila angin kecepatannya di atas 88 – 102 km perjam, bisa dipastikan badai sudah terjadi. Sedangkan kondisi laut, dapat dilihat dari gelombang laut akan meninggi dan makin tinggi. Lalu muncul buih memutih dan membuat permukaan laut memutih, biasanya gulungan ombak akan menjadi sangat dasyat. Sehingga kamu, Camira, tak akan dapat melihat apa-apa dihadapanmu,” lanjut Guri.

          Camira menggidik. “Apakah sekarang akan badai, Paman?” lirih Camira menahan takut.

          Guri memperhatikan angka-angka di atas alatnya.

          “Hemmm, sepertinya bukan badai, tapi mungkin angin yang sangat kuat. Kita tetap harus waspada, Camira.”

          “Duh, kalau sampai terjadi badai, apa yang harus kita lakukan, Paman?” desak Camira.

          “Hemmm,” Guri mendehem lagi. Camira tak begitu suka kalau Paman Guri seperti itu, karena tentakelnya ikut-ikutan menari-nari. Tak jarang, tanpa sengaja salah satu tentakelnya menjitak kepala Camira.

          “Kalau memang terjadi badai, kita harus menyiapkan beberapa hal. Seperti menyiapkan cukup air untuk persediaan minum, juga makanan. Yaaah kita harus membeli makanan kaleng dari supermarket milik Pak Akung si Anjing laut. Kamu juga jangan mendekati perabotan yang menghantar listrik, tapi gunakan yang unsur kayu, seperti kursi kayu atau bersembunyi di ruangan berunsur kayu. Jangan lupa untuk menyiapkan kompor portabel untuk memasak, tentunya dengan cadangan gas. Oh iya, siapkan juga cemilan. Kau kan suka cemilan ikan teri. Itu bagus untuk disiapkan di kamarmu,” jelas Guri.

          “Waaah, sepertinya memang harus menyiapkan payung sebelum hujan, ya Paman?” kata Camira sambil kembali mengepakkan sayapnya. Kali ini sebagai tanda senang mendapat pengetahuan baru hari ini.

          “Sekarang, lebih baik, kau pulang ke rumah kakekmu, Camira. Angin mulai makin naik kecepatannya, meski belum tentu badai, tentu akan lebih aman bagimu, untuk tetap berada di dalam rumah dan berkumpul bersama keluarga. Biar aku lanjutkan pekerjaanku, ya,” pinta Guri pada Camira.

          Camira mengangguk mengerti. Ia pun segera berjalan ke arah jendela dan bersiap mengepakkan sayapnya, ketika tiba-tiba Guri menegurnya kembali.

          “Lewat pintu, Camira.”

          Dengan wajah bersemu, Camira membelokkan kakinya dan membuka pintu kantor Guri yang sekaligus merupakan mercusuar. Tak lama Camira mengepakkan sayapnya, berusaha menghindari cuaca buruk, lalu terbang menuju rumahnya.

***

Diikutkan dalam lomba winnercity 

Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more