Showing posts with label duniamenulis. Show all posts
Showing posts with label duniamenulis. Show all posts

Jun 25, 2021

Hikmah Mengenalkan Literasi Sejak Dini Pada Anak









Monkey see, monkey do
Itu adalah prinsip paling mendasar jika ingin mendidik anak-anak terhadap satu kebiasaan. Jadi, apapun yang kita lakukan sebagai orang tua di hadapan anak, maka kelak kegiatan itulah yang akan diingat oleh anak-anak. Karena itulah, jika ditanya trik pertama mengenalkan literasi pada anak adalah si Orang tuanya yang melakukan kegiatan terkait berliterasi di dekat anak-anak. Apapun bentuk dan caranya, maka hal demikian akan ditiru oleh anak-anak. 

Beberapa cara yang selama ini kulakukan untuk mengenalkan literasi pada anak-anak, di antaranya:

1. Sejak anak dalam kandungan, aku sudah membacakan nyaring untuk mereka. Gak ada keharusan bacaan apa yang kuberikan, selain mengaji Quran, tentunya. Saat kehamilan pertamaku, maka hampir setiap hari dan setiap menjelang tidur malam, kubacakan buku cerita ke bayi kembar dalam kandungan. Waktu itu aku suka sekali membacakan kumpulan cerita klasik negara-negara di Asia, juga beberapa pictoral book yang menarik. Aku menggunakan suara yang cukup nyaring, karena memang hanya ada aku dan bayi dalam kandungan saja di rumah. Suami sering tugas ke offshore kala itu. Seru sekaligus menghibur hati juga, karena hanya aku sendirian dengan janin-janin dalam kandungan.

2. Saat kehamilan kedua, aku malah asyik banget menulis. Tak sekedar membaca buku saja, tapi juga menulis. Nyaris sejak hamil, hingga menjelang melahirkan, aku ketak-ketik laptop dan juga membaca banyak buku referensi. Sesekali tentu aku membacakan nyaring kepada si baby dalam kandungan. 

3. Kala kehamilanku yang ketiga, aku tidak saja asyik membacakan buku dan menulis, namun juga banyak mengajar dan sharing kepenulisan. Entah kenapa, meskipun usiaku sudah rawan untuk hamil, dan sangat merasakan kelelahan yang teramat sangat saat hamil ketiga itu, tetapi setiap kali aku sharing dan mengajar online ataupun offline, aku semangat sekali dan tidak merasakan keletihan sedikitpun. Namun, setelah selesai kegiatan, aku butuh dua hingga tiga hari untuk mencharging energiku kembali. Biasanya aku tepar di atas tempat tidur dan bed rest. 

Setelah anak-anak lahir, maka istilah monkey see monkey do, berlaku. Apapun yang kita lakukan, itulah yang dilakukan oleh anak-anak.

Ada beberapa kegiatan yang kulakukan saat anak baru satu, sudah dua dan akhirnya tiga orang di rumah. Di antaranya, aku suka sekali membacakan buku untuk mereka. Selama mereka batita, pilihan bukunya adalah soft book kayak buku kain, juga board book dan buku dengan kertas yang tak mudah sobek. 

Setelah anak-anak mulai mengenal sekolah dan gadget, maka moment membacakan buku pindah di saat menjelang tidur. Meskipun hanya 10 hingga 30 menit, hingga hari ini, aku masih rajin membacakan buku untuk putriku yang sudah kelas 8, juga putraku yang duduk di kelas 4, termasuk bungsuku yang baru berusia 1.5 tahun. 

Selain memiliki perpustakaan, aku juga membuat pojok baca. Awalnya ada di perpustakaan keluarga, namun karena fokus di perpustakaan sejak pandemik menjadi pusat belajar jarak jauh atau sekolah daring, maka pojok baca untuk anakku yang kecil, kupindahkan ke kamar utama, karena putri bungsuku masih tidur bersama aku dan suami. 


Jika sudah melakukan banyak stimulasi literasi pada anak dari dalam kandungan hingga detik ini, adakah hikmah yang dirasakan terhadap mereka? InsyaAllah ada banget. 

Untuk putri sulungku, meskipun membaca buku bukan hobby utamanya, namun kebiasaannya membuat picbook sendiri dan animasi sangat didukung oleh pola pikir cara membuat cerita. Kebiasaan dibacakan buku, membuatnya sudah paham bagaimana memulai cerita, isi cerita hingga akhir cerita. Hal ini menarik buatku, karena aku nggak pernah mengajarinya secara khusus. Sepertinya, kebiasaan membacakan buku-buku berillustrasi saat kecil dulu, mempengaruhi cara berpikirnya saat menggambar sebagai satu hal yang disukainya sejak kecil. 

Sementara, untuk putraku, dimana selama kehamilannya aku sangat suka menulis, entah bagaimana efeknya, yang pasti, dia bisa membaca dan menulis sendiri tanpa harus sulit diajari. Jika kakaknya usia 6,5 tahun baru bisa lancar membaca, itupun ada masalah juga dengan preposisi visualnya, sebaliknya, putraku malah sudah bisa membaca dan menulis di usia 3,5 tahun. Sepertinya, efek membaca dan menulis yang kulakukan selama dia ada di kandungan, terasa sekali. 

Terakhir, untuk putri kecilku, saat ini sangat suka dibacakan buku. Satu buku bisa dibaca dua sampai tiga kali, dan dia biasanya meminta dibacakan sedikitnya tiga hingga tujuh buku sekali baca. Hehehe. Putriku pun sudah terbiasa melihat aku menulis dan mencoret-coret kertas untuk membuat draft naskah. Sehingga kebiasaan ini membuatnya mengerti bahwa itulah pekerjaan ibunya. Dia nyaris tak pernah mengganggu secara khusus jika dilihatnya aku mengetik. Sering kali, jika aku mengetik, maka dia akan mengambil buku dan membuka-buka sendiri buku tersebut sampai bosan, baru kemudian minta pangku sekedar ikut menyoret kertas yang ada di hadapan kami. 

Hal utama yang mungkin patut untuk diperhatikan bagi banyak orang tua muda di luar sana, bahwa membacakan buku haruslah menyenangkan. Tidak dipaksa dan tidak perlu sampai membuat si anak merasa membaca adalah hukuman. Aku pribadi, termasuk yang memberi keleluasaan bagi anak saat memilih buku. 

Putriku suka buku komik dan animasi, tak masalah buatku. Jadi, aku membelikan buku-buku yang lebih banyak gambarnya. Meskipun usianya sudah abegeh, tapi jika membaca buku berillustrasi untuknya lebih nyaman daripada novel, maka tak kupaksakan. Aku menempatkan satu lemari buku di kamarnya, belum terlalu diliriknya, karena sebagian besar adalah novel. Namun, tak jarang, jika dia sedang ingin membaca buku (kecenderungannya adalah memilih buku bahasa Inggris) maka dia akan membaca buku tersebut hingga selesai. Tak ada patokan berapa lama dia menamatkannya. Buatku, kala dia bersedia membaca tanpa dipaksa saja, sudah lebih baik. Karena godaan gadget saat ini sangat besar. Bisa jadi dia menggambar di tabnya, dan mencari referensi tidak saja di internet, namun juga dari buku-buku berillustrasi yang dibacanya.

Putraku penggemar buku-buku non fiksi, terutama terkait peta, negara dan sejarah. Jadi buku-buku berbahasa Inggris terkait tiga hal tersebut lumayan menjadi koleksinya. Namun, aku juga mengenalkan dunia bacaan lain, terutama hal-hal yang sering ditanyakannya seputar agama dan kehidupan. Maka aku lakukan kegiatan membacakan buku satu sampai tiga bab sebelum tidur. Kadang didengarkannya dan didiskusikan. Tak jarang menjadi dongeng pengantar tidur, alias setelah mendengar kubacakan buku, dia tertidur pulas. Hehehe. Tak masalah, karena di bawah sadarnya, aku percaya, dia menyukai buku yang aku bacakan untuknya. 

Untuk putri bungsuku,  karena masih batita, aku mengenalkan lebih banyak buku-buku yang tak mudah sobek, tulisan sedikit dan gambar yang berwarna-warni. Aku lakukan kapan saja jika si anak mau. Saat bangun tidur, siang hari, sore hari, malam hari bahkan menjelang tidur sekalipun. Tak ada waktu khusus. Selama dia menyukai buku, selama itu juga aku akan mendampinginya.

Kuncinya memang satu. Monkey see monkey do.

Orang tuanya harus suka membaca, menulis dan melakukan kegiatan literasi tak jauh dari si anak. Ujian dan tantangan kita menghadapi generasi digital adalah bagaimana membuat mereka menyintai literasi tanpa paksaan. Ini berat, tapi bisa dilakukan. Meskipun kita membuka gadget di depan mereka, pastikan mereka tahu kita sedang bekerja, sekolah dan menulis serta membaca. Buku tak selamanya harus berupa kertas belaka. Ada buku eletronik yang bisa dikenalkan. Jangan berkecil hati dengan perbedaan kondisi dunia buku dulu (era orang tua seperti kita) dengan anak-anak sekarang ini. Selama pemahaman kita tentang literasi sebagai sarana mencerdaskan anak-anak melalui bacaan dan tulisan, maka konsep yang sama, meski tool atau alat yang berbeda, akan tetap membuat kita sampai pada tujuan, membuat anak-anak suka literasi dan mencerdaskan mereka sejak dini. 

*Pamulang, 25 Juni 2021



 

Apr 27, 2017

Buku Kumcer Romantis : Menjadi PJ pembantu di Segmen Naskah Romantis Fantasi

Aku kebagian sebagai PJ Romantis Fantasi di sini

Menjadi pembaca itu seru. Kita bisa komen kritis layaknya komentator, saat melihat suatu karya yang mungkin kita kurang sereg bacanya, atau sebaliknya, kita akan memuji sebuah bacaan tersebut, jika merasa nyaman  dan senang dengan tulisannya.

Saat menjadi penulis, maka kita pun menuntut diri untuk menyelesaikannya dan memuaskan diri serta pembaca atas tulisan tersebut.

Nah, apalagi, saat menjadi penulis, sekaligus PJ naskah temen-temen untuk genre romantis fantasi.

Okelah kalau tulisan genre fantasi, aku nggak terlalu bego-bego banget, karena memang aku suka genre ini. Masalahnya jadi agak pelik, saat yang kutulis ini untuk pembaca dewasa dan temanya romantis.

Alamak,... cukup lama aku menyelesaikan naskah tersebut. Bahkan terselip rasa tak percaya diri. Yakin tulisanku memang fantasi, tapi apakah ada unsur romantisnya?

Aku bongkar pasang naskah berkali-kali, hingga akhirnya kutemukan ide tulisan tersebut. Kisah cinta yang memiliki twist asyik... Ih... kalau kepo...beli bukunya yaaa

Nah, selain menyelesaikan naskahku sendiri, aku juga mengedit beberapa naskah teman di segmen ini juga. Seru-seru deh ceritanya. Aku suka ide-ide ceritanya. Menarik perhatian.

Aku juga jadi kepo dengan segmen romantis yang lainnya.

Ya... kumpulan cerita romantis ini ada puluhan kisah. Dan dibagi dalam beberapa segmen. Tema besarnya adalah Romantis, dan tema kecilnya itu yang bikin seru. Mulai dari romantis murni, romantis gelap hingga fantasi. hehehe

Ini adalah bukuku yang ke 47. Waaah...ternyata lumayan banyak buku yang ada tulisanku di dalamnnya yaaa hehehe, Dan untuk segmen bukan anak-anak, ini adalah buku ke 33. Aku belum pernah bikin buku solo Non Fiksi atau buku solo genre dewasa nih...hiks ...
Khusus untuk jenis antologi, ini adalah buku yang ke 33, sementara kategori Fiksi, ini adalah buku yang ke 6.

Anyway... Mudah-mudahan temen-temen tertarik membeli dan membacanya. Kirim balik feedbacknya ya...

Bantu doa, agar aku tetap istiqomah dalam menulis dan membagi kisah ya..:)

Mar 12, 2017

Perjalanan Menuju, Pulang dan Selama Acara Ngopi Seru Anggota PBA dengan Editor Elexmedia @ Bandung


Foto ini kubuat menjelang mau pulang.
Thank u Ana sudah ambil foto ini 


Aiiiih... judulnya panjang amat.

Kalau gitu, kuperingatkan, untuk menskip kisah ini, jika tak suka cerita yang panjang kali lebar, atau detail seperti yang selama ini sering kulakukan. Selain quota data akan berkurang banyak, teman pembaca juga akan sebel ngeliat senyum sumringahku sepanjang cerita. 

Nov 10, 2016

Merayu Demi Belajar Menulis Buku




Aku menahan napas, saat kulihat namaku ada dalam daftar. Kalimat Alhamdulillah meluncur perlahan dari bibir. Mataku menelusuri nama pada daftar yang diupload di komunitas penulis cerita anak, bekerjasama dengan penerbit Tiga Serangkai.

"Bang, Dian lolos. Ada nama Dian di daftar calon penulis yang ikut serta Workshop First Novel Tiga Serangkai," kataku sambil menahan degup jantung yang begitu kuat. Sesaat kukira si Jantung, seperti ingin meloncat keluar. 

Suamiku hanya melirik sejenak. Tak ada komentar apa-apa. Khas dia banget. 

"Kegiatan Workshop di Bandung, Bang." lanjutku. Kutahan rasa gembiraku. Terus terang, aku agak sedikit kecewa dengan reaksinya. Lalu, kulihat ada sedikit perubahan dari raut mukanya. 

"Bandung? berapa lama? Nanti Si Billa gimana?" pertanyaannya memberondong. Detik itu, aku merasa seperti mati di tempat. 

Oct 13, 2016

Berdamai Dengan Ayah, Mungkinkah ?



Cover Buku Berdamai Dengan Ayah
I love this picture...



Sepertinya bukan perkara mudah, jika kita pernah punya masalah dalam berkomunikasi dengan Ayah. Tapi bisa jadi sebaliknya, adalah menyenangkan bisa dekat dengan sosok Ayah, meski menjadi ujian,  saat sosok itu pergi, mampukah kita berdamai dengan kondisi tersebut?

Aku pribadi memiliki hubungan yang romantis dan menyenangkan dengan sosok Ayahku. Masalahnya justru timbul, saat kuterima kondisi bahwa Ayahku telah tiada. 

Berikut paragraf awal kisahku pada buku "Berdamai Dengan Ayah" yang ada di halaman 141 - 159 dari buku yang diterbitkan bersama Writerpreneur Club :
Koper Hitam Papa 
Dian Onasis
 ”Dalam paradigma kebahagiaan, alam adalah bak pasir tempat bermain dalam kehidupan. Hari hujan bukanlah hari yang suram tapi saat untuk mengungkapkan kebahagiaan, untuk bersatu dengan alam” Patch Adams

“Belum dibuka juga kopernya?” tanya suamiku, ketika melihat aku berdiri, termangu di depan koper ukuran sedang. Koper hitam milik Papa, yang ada di ruang kerjaku.
“Belum,” jawabku lirih, sembari menggeleng lemah. Ujung mata mulai panas. Kutahan agar airmata tak mengalir. Sudah terlalu banyak ia kukuras  beberapa hari terakhir ini. Cukup sudah.
“Dibuka kalau sudah kuat mental saja,” lanjutnya, sambil berlalu meninggalkanku.
Aku diam. Perlahan kuelus koper tersebut. Tanpa bisa dicegah, satu persatu peristiwa-peristiwa manis antara aku dan Papa muncul dalam ingatan.

Selanjutnya kisah demi kisah pun terurai.

Ah, aku belum cerita bagaimana proses buku ini lahir ya? Dan gimana kisah serunya saat launching?

Oct 12, 2016

Setengah Hari Bersama "Bunda" Keo dan Noaki


Well...

Where do i start...?

Banyak banget di kepala ini yang pengen aku share. *Hela napas.... 

Baiklah...

Aku kali ini pengen cerita pengalaman yang seru di awal bulan Oktober ini. 

Yakni, menghadiri meet and greet Teh Ary Nilandari. Seorang penulis cerita anak yang pernah menjadi mentor atau guruku beberapa tahun lalu, juga teman sesama mantan pengguna blog multiply tahunan lalu dan seorang penulis yang 2 tahun terakhir ini melahirkan karya serial Keo dan Noaki. Sebuah serial yang menarik perhatianku, termasuk dedikasi dan konsistensi teh Ary dalam menangani kelahiran demi kelahiran buku tersebut.

Aku jarang mendapatkan "me time". Rasanya mau terbang, saat kutanyakan ke suami, apakah dimungkinkan aku pergi sendiri ke Internasional Indonesia Book Fair (IIBF) 2016 pada tanggal 1 Oktober 2016 di hari Sabtu pagi dan suami mengiyakan. 

Wiiiih...ke pameran buku, sendirian, tanpa anak-anak dan jumpa seorang penulis yang mumpuni untuk ditimba ilmunya? Wow... kedengaranya seperti mimpi. Tapi ini nyata. 

Maka inilah aku.

Apr 27, 2016

Buku Yang Tidak Menarik Itu (mungkin) Perlu Dibaca

Pinjem dari sini 
Apakah teman sekalian sering mengalami seperti yang kulakukan?
Membaca sebuah buku, lalu baru beberapa lembar dibaca, terasa nggak enak, lalu buku itu tergeletak di tumpukan buku lainnya? Atau sebaliknya, mengambil sebuah buku, membacanya, kemudian jadi  lupa sekitar. Sehingga dalam hitungan jam, buku tebal 300 - 400 halaman, sudah tamat terbaca?

Kira-kira apa ya penyebabnya? Bagamana nasib dengan buku yg tidak selesai dibaca tersebut?
Adakah "pelajaran" menarik,  jika dikaikan dengan kebiasaan seperti yang kulakukan?

Jun 17, 2015

Kelas Permen? Apa Itu?

Berjuta Permen

Apa itu kelas permen? Kenapa namanya permen?

Mungkin saja pertanyaan ini terlontar di pikiran teman pembaca blog ini...

Hemmm....
Sebetulnya, semua itu ada kaitannya dengan kenekadanku membuat kelas online di tahun 2015.

Mau tau kisahnya?


Jun 8, 2015

Sebelum Menjadi Penulis, "Menderitalah" Terlebih Dahulu Dalam Hidup. Betulkah?


pinjem dari sini 



Judul yang panjang ini melintas begitu saja di kepalaku, saat aku menemukan beberapa informasi personal dari banyak teman penulis, dan juga beberapa buku atau informasi terkait penulis terkenal. 

Sebut saja yang paling mudah dicari infonya, seperti JK Rowling... coba saja ketik nama itu dan sandingkan dengan kata pengangguran, insomnia akut serta depresi berat. Itulah sebagian kecil penderitaan JK Rowling. Belum kalau kita bicarakan kehidupan rumah tangga dan kemiskinan yang dilaluinya. 

Ada juga, kisah menarik Agatha Christie yang baru menulis beberapa novel misterinya, justru menghilang selama 11 hari (setelah mengetahui suaminya berselingkuh) dan setelah dirawat oleh tim medis, kemudian malah melahirkan puluhan novel misteri yang menjadi hits hingga saat ini. Agatha Christie sendiri sempat merasa depresi, tidak saja karena kelakuan suami pertamanya, namun juga karena novel karyanya bergenre romantis, tidak berhasil di dunia kepenulisan, alias tidak laku. 

Jun 7, 2015

Follower... Pentingkah?




Kali ini pengen nulis tentang perlu atau nggak sih punya follower itu? 
Bicara follower di sini, berarti aku bicara dunia media sosial.

Aku memang pengguna beberapa akun media sosial. Tapi sepertinya, setelah gabung di beberapa komunitas kepenulisan, terutama komunitas emak-emak blogger, dan 1-2 komunitas kepenulisan lainnya, membuat jadi melek mata nih. 



Sejak tahun 2004, aku menggunakan blog. Gak begitu ngeh, berapa banyak follower di blog itu. Termasuk blog ini. Dulu pernah punya blog di Multiply, dari tahun 2006 hingga 2011 (saat itu jumlah kontakku sekitar 500an kalau tidak salah).  Ada juga blog di wordpres (kubuat beberapa tahun lalu). 


Dec 29, 2014

Menantang Diri Sendiri di 2015

pinjem dari pinterest.com


Yup!

Ada beberapa hal  di luar zona nyaman, yang aku niatkan akan kulakukan di tahun 2015. Sebagai orang yang menyukai di lingkungan itu-itu saja, melakukan hal-hal berikut rasanya lumayan menantang, dan sedikit bunuh diri.

Mengapa?

Karena ...

1. Aku ibu rumah tangga dengan dua anak yang super aktif. Keduanya membutuhkan perhatian ekstra, karena sulit konsentrasi dan fokus. Bahkan dokter anak langganan mereka memberikan obat khusus terkait enzim (agar makanan menyerap dengan baik) serta bisa konsentrasi.

2. Aku juga penulis cerita anak yang memiliki beberapa niat dan proyek pribadi, yang seharusnya bisa kulakukan di tahun 2015 ini

3. Rumah sedang direnovasi. Saat ini aku tinggal di rumah kontrakan yang penuh dengan box dan berantakan karena mainan anak-anak. Sementara kemungkinan Januari rumah asliku akan selesai, itu artinya di awal tahun 2015, aku akan disibukkan dengan proses pindahan rumah, yang dijamin tidak mudah. Hiks...

Tapi...

Tidak boleh mencari alasan. Jika ingin merasakan "hidup lebih hidup", harus berani menantang diri sendiri. *smile ear to ear...

Berikut beberapa tantangan yang akan kulakukan di tahun 2015. Ini bukan resolusi, karena semuanya sudah dalam tahap akan dilakukan. Ini tantangan ...:D

1. Memulai proyek PERMEN #1. 

Sedikit curhatan tentang kelas PERMEN ini kushare di sini. Termasuk dengan sedikit mengaktifkan fanpage dan blog-blogku, sedikit demi sedikit.
Saat ini, proyek ini kurencanakan buka 5 kelas. Semuanya gratis. Namun yang baru kuumumkan, baru 3 kelas. In sha Allah, semoga dimudahkan oleh Allah urusan ini. Amin.

2. Berlangganan majalah F (majalah dewasa). 

Hahaha... Aku jadi ngakak sendiri. Karena selama ini belajar menulis cerpen dewasa, tapi tak pernah baca cerpen dewasa. Jadi gak aneh kalau selama ini tulisan cerpen dewasaku "garing" dan butuh bimbingan. Mbak Nurhayati, mentorku di Penulis Tangguh, mendorongku untuk banyak membaca cerpen dewasa. Tak ada cara lain, kecuali langganan Majalah F tersebut, dan juga meminta setiap bulan, 4 cerpen di Tabloit N ke tanteku yang langganan. Kebetulan tanteku tinggal satu komplek denganku, dan ikhlas memberikan halaman cerpen tabloit N itu padaku. :)
Lumayan mahal berlangganan setahun, tapi banyak kemudahan dan hadiah yang diberikan jika langganan setahun. Jadi kucoba dulu selama setahun ini. Kita lihat apakah sepadan rupiah yang kukeluarkan dengan hasil menulisku nanti. Bismillah...

3. Mengikuti audisi naskah islami. 

Bertahun di dunia menulis. Tepatnya lebih dari 4 tahun di dunia menulis cerita anak, aku selalu maju mundur menulis kisah-kisah islami dan terinspirasi pada Alquran dan Hadis. Bukan tak mau, tapi karena takut. Iya aku takut, karena ilmuku sangat cetek urusan ini. Ada kekhawatiran aku akan salah menuliskan kisah-kisah ini. Tapi setelah berpikir masak-masak, melihat penulis lain yang pengetahuan agamanya minim, tapi berani nulis hal-hal berbau agama islam, juga dukungan dan sharing dari teman-teman keren yang mumpuni ilmunya di bidang karya ini, aku nekad ikutan audisi di sebuah group tertutup. Dan barusan pagi ini, aku membaca namaku ada di list 20 penulis yang akan mengerjakan proyek naskah islami di bulan Januari 2015 ini. Bismillah, semoga ini menjadi langkah awalku menulis kisah islami di dunia anak. Aku punya mimpi besar di dunia ini. Semoga dimudahkan ya Allah...

4. Bergabung di group tertutup. 

Nah, ini tidak sembarangan group. Ada group khusus proyek menulis cerpen dewasa (aku terlibat di 2 group). Dan ini cukup membantu menaikkan semangatku belajar menulis cerpen dewasa. Meski tertatih-tatih, tapi aku harus belajar dan yakin bisa jika mau.

Juga melanjutkan 2-3 proyek di group tertutup. Berharap bisa menjadi bibit yang kutanam di tahun 2015, sehingga bisa panen di akhir tahun atau di tahun 2016.

Kemudian, ada group Penimbun Buku yang memiliki program Reading Challange... nah ini yang kubutuhkan. Meskipun aku sering membaca, tapi sering juga aku terlena dengan menulis dan tertimbun buku-buku itu oleh kesibukanku sebagai ibu dan istri. Kali ini, meskipun harus mengurangi jatah tidur atau makan (lebay...:D) aku akan berusaha ikutan dalam tantangan tersebut.Aku harus bisa membaca 4 buku dalam satu bulan. Ini berdasarkan clue atau petunjuk tantangan di group tersebut. Sepertinya cukup menarik untuk diikuti.

Tantangan Januari 2015 :
Buku yang memiliki 500 halaman lebih, Buku romantis, Buku yang difilmkan, dan Buku terbit tahun 2014. 

5. Mencoba belajar dan merapikan Blog.

Meskipun ini bukan target utama. Tapi beberapa hari terakhir ini aku telah memikirkan untuk belajar lagi tentang blog. Ada tiga blog yang kumiliki yakni blog yang sekarang dengan domain name sendiri, (www.dianonasis.com), kemudian sebuah blog yang isinya seputar kehidupanku sehari-sehari sebagai istri dan ibu, yakni http://www.oenidian.blogspot.com serta sebuah blog yang mungkin akan lebih kuseriusin lagi belajarnya. Yakni http://www.dianonasis.wordpress.com yang aku fokuskan pada dunia cerita anak. Mungkin akan kutambahkan bagian review buku-buku anak yang kubaca atau yang aku bacakan untuk anak-anakku. Hal ini yang muncul di pikiranku. Mungkin akan kucoba mengutak-atik blognya.



Sementara, untuk diri sendiri terkait hubunganku dengan Allah Sang Maha Kasih dan Pemegang Nyawaku, aku punya tantangan sendiri. Biarlah diri ini yang tahu. Karena kalau kutuliskan, lebih banyak rasa malu yang muncul. Sungguh, aku ingin bisa menyenangkan hati Allah, meski aku tahu Allah tidak butuh diriku. Akulah yang butuh Allah. Sangat!

So...

Let's challange ourselves in the year 2015. :)
pinjem dari pinterest.com


Dec 26, 2014

Sudah Ngapain Aja Selama Tahun 2014?


Banyak yang tak berhasil kueksekusi di tahun 2014.


Antara lain, niat update jumlah buku yang kubaca di Goodreads gagal. Aku hanya berhasil mencatat di buku saja dan tak ada waktu untuk memindahkannya ke Goodreads. Itupun aku nggak tahu, apakah sampai ditargetku di awal tahun, ingin membaca 35 buku. Perkiraanku sih sampai ya, tapi kebanyakan ya buku anak-anak, pic book, serta beberapa buku dewasa ringan. 


pinjem dari sini 


Aku juga gagal mematuhi niatku untuk tidak mengambil kelas online lagi di tahun 2014. Alasannya, karena tahun 2013 aku sudah ikut banyak sekali kelas online. Logikaku berhitung, harusnya tahun 2014 ini aku gunakan untuk menanam dan panen tulisan. Tapi sialnya, itu tak terwujud. 


pinjem dari sini 

Aku malah jatuh hati pada kelas online gratis, namun juga diaudisi terlebih dahulu oleh owner kelas. Yakni Kelas Penulis Tangguh 3. Gimana gak ngiler, jika beberapa teman yang gabung di sana jadi terpompa semangat menulisnya dan jadi berhasil meloloskan naskah ke beberapa media? Untuk itu, terima kasih yang sangat banyak untuk Hairi Yanti, yang mengenalkanku dengan kelas PT. 


Bermodalkan tekad dan keinginan mengenal mbak Nurhayati  pengasuh Kelas Penulis Tangguh aku mengirimkan naskahku dan mendapatkan tawaran bergabung dari mbak Nur. Senangnya minta ampun. Dan semakin senang, karena meski saat ini masih belum berhasil meloloskan naskah cerpen dewasa ataupun naskah lainnya dari kelas Penulis Tangguh, ke media massa, namun semangat menulisku benar-benar terpompa. 

Sungguh luar biasa kelas itu!

Kegagalan terkait niat "no more" kelas online adalah ketika akhirnya menjelang bulan Desember, aku malah bergabung dengan kelas online menulis WinnerClass yang dimentori oleh Kang Ali Muakhir. Sebetulnya aku sudah tergabung dalam alumni kelas winner. Tapi aku belum pernah diajari langsung oleh Kang Ali. Maka bersama puluhan teman penulis lainnya, aku mengikuti kelas ini. Dan berhasil menulis draft 3 cerpen anak dengan 3 genre. Saat ini masih belum aku eksekusi. Tapi in sha Allah segera. 

Terakhir, aku mengalahkan egoku, bergabung ke kelas Kurcaci Posnya milik mas Bambang Irwanto. Tergabung di kelas Kurcaci #7, aku jadi tahu kelemahanku saat menulis cernak untuk media. Yakni kebiasaan menulis novel masih sering kebawa,  alur yang kurang berliku, kemudian masih kurang rajin mengefektifkan kalimat. Senangnya, ketika di pertemuan online ke 4, aku berhasil mengalahkan semua itu. Tulisan cernakku sudah tidak berbau novel lagi, alurnya lebih berliku dan kalimatnya sudah semakin efektif. Sepertinya latihan dan semangat menulis yang sering bisa membuatku kembali nyaman menulis cerita anak.

Oh iya, dua kelas online terakhir, berbayar. Sehingga kuhitung-hitung, aku harus bisa menulis lebih banyak, agar modal yang kukeluarkan dari kelas berbayar tersebut, bisa kembali dan memberikan untung. amin. 


Aku juga gagal menulis 100 cerita anak di tahun 2014 ini. Sejauh ini aku hanya berhasil menulis 20-30an cerita anak, yang dikirim ke media dan lomba. Sungguh jauh dari target. Itu rasanya menyakitkan namun harus dihadapi. Aku tak mau menuliskan alasannya. Karena kalau kutulis, itu sama saja dengan mencari kambing hitam dari ketidakberhasilanku mewujudkan resolusiku tahun 2014 awal kemaren. 


PInjam dari sini 


Ah bicara kegagalan lain, aku juga tak berhasil menang di lomba menulis Nusantara Bertutur, juga Eye Level 2014. Meski aku juga senang, banyak teman-teman baikku yang justru lolos di lomba tersebut. Dan berdasarkan yang kubaca, dari cara mereka menulis, kelihatan usahaku kurang kuat dan kurang bagus. Jadi kalau sampai gagal, bukan karena tidak bagus, tapi karena kurang maksimal naskah itu kubuat. Harusnya aku lebih serius, lebih fokus, dan lebih mempelajari serta menerima masukan dari teman-teman mengenai cerita anak. 

Satu hal yang membuatku juga malu sekali, yakni gagal mengeksekusi banyak draft novel anak yang ada di file, di mind map serta di otakku. Sungguh, sebagai seorang penulis yang sudah mengazzamkan diri sebagai penulis novel anak, tidak menulis satu naskahpun di tahun 2014 ini adalah hal yang memalukan. Aku malah mengerjakan sebuah kumpulan cerita, yang baru selesai 80 persen. Dan lagi-lagi belum berhasil menyelesaikannya di akhir tahun 2014 ini. #tutupmuka. 

Baiklah...

Tarik napas... Hela napas...

Mengapa jadi merasa gagal ya di tahun 2014? 


Seharusnya ada hal positif yang juga terjadikan? :) 

Bukankah, ada 2 buku antologimu bersama teman-teman lain,  yang terbit tahun ini? 


Bareng PJ Gita Lovusa dan Dian Mardi

Bareng Komunitas Fiksiana dan Penerbit Dar!Mizan
Ah, iya.. harusnya aku bersyukur untuk dua buku ini. Minimal mengingatkan aku pada dua hal. Yakni menginjakan kaki ke bumi agar lebih kuat lagi mengaplikasikan keinginan menulis, serta menaikkan niat serta mimpi setinggi langit, agar bisa menghasilkan banyak karya lagi. 

Aku juga tidak akan lupa bersyukur, atas naskahku yang masuk 10 naskah pilihan lomba cernak Guri, Juara 2 lomba cernak SCBWI Indonesia bahkan lomba foto bareng buku Anisa W di FB dan Twitter, sehingga menerima hadiah voucer, sertifikat dan buku-buku kudapatkan. 

foto kak Billa yang memenangkan 2 lomba foto bareng buku di FB dan Twitter


Tahun ini, aku juga belajar menulis cerita pendek dewasa. Sesuatu yang tak pernah berani kulakukan di tahun-tahun lalu. Aku keluar dari zona nyamanku. Aku berhasil lolos di audisi kumcer milik Dydie Dyah, dan proyek itu masih berjalan. Juga memberanikan diri mengirim naskah cerpen dewasa ke majalah F, meski belum lolos, serta terlibat dalam proyek milik mbak Deka, yakni kumcer dewasa bersama komunitas WSC. 

Aku bahkan tak mengira, dipercaya untuk ikut menjadi juri lomba Flash Fiction bareng WSC (dalam rangka mengembalikan semangat menulis pasca pilpres...:D ), kemudian menjadi PJ kumcer Paberland, dalam rangka menyambut 20.000 anggota komunitas PBA, serta diminta menjadi PJ kumcer dewasa bersama mbak Deka dan Carra (dua orang yang mumpuni di dunia menulis cerpen dewasa). Meski sempat gugup, karena ini berada di luar zona nyamanku, tapikuusahakan untuk menuntaskan tanggung jawab tersebut hingga selesai. 

Terkait dengan PJ Kumcer Paberland, hikmah yang paling kudapat adalah bisa kenalan banyak illustrator anak, kemudian mengenal lebih dalam lagi terhadap PJ-PJ lainnya 
* Dadah-dadah pada Kang Iwok, Mas Baim, Kak Sinyo Egi, Oma Tuti, Nelfi dan Dydie. 

Serta mendapat kejutan "nggak indah pake banget" terkait "pertemanan" yang sempat kuposting sedikit curcolnya di blogku yang satu lagi. Berjudul Jangan Kegeeran! :D 

Aih sudahlah...lupakan hal yang paling gak enak itu. 

Aku ingin mengingat kebahagian-kebahagian kecil yang kudapat di tahun 2014 saja!


Seperti cernakku lolos lagi di majalah bobo no 18 tahun 2014. Sungguh menjadi pelipur lara ketika mengira tak kuat lagi mengatur waktu menulis, sebagai ibu rumah tangga, dengan 2 anak super aktif.
Kemudian, tulisanku dan tulisan Billa ada yang muncul di www.serusetiapsaat.com. Yakni sebuah pic book bertema ramadan. Sementara tulisan kak Billa berupa picbook karyanya sendiri juga mejeng di website khusus e-book gratisan tersebut. Tema tulisan kami berdua juga berhasil menang kuis di website tersebut. Kuis melanjutkan kisah si Bintik.  Saat ini, aku dan Billa menanti kehadiran pic book karya kami tersebut.  Apalagi akan diilustrasi sendiri oleh Mbak Ratna. 

Aku juga sempat berbagi pengalaman di group WSC tentang bedah novel The Cousins. 

doain ya... aku dapat lampu hijau untuk lanjutannya. 

Diberikan juga kepercayaan oleh group Be A Writer, untuk berbagi pengalaman menulis di depok dan juga oleh group WSC berbagi pengalaman menulis di FX Senayan


Bareng Bawers

sharing @ fx senayan

Dan di antara segenap kegagalan yang kurasakan dan kebaikan yang kudapatkan di tahun 2014, ada hal-hal yang membuatku semakin belajar memperbaiki diri termasuk mental pribadi serta niat menulisku. 


Aku juga bisa bertemu beberapa teman baru,  yang selama ini hanya kukenal lewat dunia maya, serta memiliki mentor-mentor yang humble, mengajak ke kebaikan serta meluruskan niatku menulis. 

Bareng Cici Tanti dan Mbak Deka yang berkunjung ke rumah kontrakan. 

ketemu penulis dari Bawers

Jumpa mbak Anna lagi, kali ini dengan semangat menulisnya!

meet Pedas Community Founder. Mbak Icha

Teman di Fb :) 


Allah Maha Baik. Alhamdulillah. 


Berikutnya, saat ini aku menyicil dan berusaha menunaikan beberapa resolusiku di tahun 2015. Semoga Allah berkahi, beri kesehatan yang maksimal, kebaikan utk anak-anakku serta kemudahan menjalankan semuanya. 

Aku, melalui fanpageku DIAN ONASIS  sudah mengaudisi beberapa teman untuk bergabung di kelas PERMEN, yakni kelas online tentang program menulis novel anak. Di kelas ini, aku dan 4 orang teman yang kupilih, akan bersama-sama belajar dari pengalamanku menulis novel anak, serta sama-sama memberikan semangat satu sama lain, agar mampu menyelesaikan 1 novel anak dalam waktu 8 minggu. In sha Allah, Permen #1 mulai dilaksanakan tanggal 5 Januari 2015 nanti.

Aku juga berusaha menuntaskan, beberapa proyek yang sudah kukerjakan di akhir tahun ini, yakni proyek pribadiku, kemudian proyek bareng temen-temen di Alumni Bingiers (group rahasia di  FB), serta proyek bersama mentorku dan teman di komunitas. 

Terakhir, yang ingin betul-betul bisa kuperbaiki di tahun 2015 ini adalah kemampuanku mengatur waktu. Sebagai hamba Allah (ini masih jauh dari maksimal, tapi mudah-mudahan tahun 2015 dapat terwujud keinginanku). Sebagai istri dan ibu dari keluarga kecilku, yang sungguh setahun ini lumayan menyita waktuku dalam hal beradaptasi (urusan rumah kontrakan, rumah direnovasi, kesehatan anak-anak, adaptasi dengan perubahan jadwal kerja suami dan semuanya berefek pada produktifitas menulisku yang menurun). 

Well, Goodbye 2014
Welcome 2015. 

Oh iya.. tahun baru akan kumulai dengan kacamata plusku yang nambah :( Jadi  plus 1 1/4 sekarang. Padahal di usia yang kurang lebih sama, mamaku dulu hanya plus 1/2.
Oh God! Satu kenikmatan sudah berkurang, berikut usiaku. Hiks...

Astagrfirullah.... 









Nov 8, 2014

[Sharing Kepenulisan] Bicara Tentang Tips Menulis Cerita Anak

Jadwal kegiatan satu minggi WSC. Jadwalku ada di balon hijau 


Aku baru bergabung di komunitas Women Script Community, mungkin belum satu tahun. Keterlibatanku dalam komunitas ini, karena diajak Cici Tanti Amelia, salah seorang teman yang kreatif, dalam salah satu kelas online cerita anak di facebook. 

Kemudian, aku berkenalan dengan mbak Deka Amalia, founder dari komunitas tersebut. 

Singkat cerita, dua minggu di akhir bulan Oktober, Mbak Deka menawarkanku untuk mengisi acara di FX Jakarta. Semula direncanakan pada tanggal 7 November, lalu diganti menjadi tanggal 1 November 2014. Ternyata WSC masuk dalam bagian kegiatan Moms and Kids Day Out selama seminggu di sana. 

Awalnya aku ragu, karena aku tak yakin bisa meninggalkan anak-anak di rumah, tanpa ada ayah mereka. Nah, setelah dikonfirm, tanggal 1 November itu, menurut jadwal sih, Ayah anak-anak ada di rumah. Aku cukup tenang dong...:) Tapi tak dinyana, jadwal si Ayah berubah. Dia terpaksa berangkat ke offshore, karena ada proyek yang harus diawasi. 

Weleh-weleh, pamflet udah disebar. Aku juga udah promosi kemana-mana kalau akan ada kegiatan sharing kepenulisan, seputar cerita anak bersama komunitas WSC. 

Akhirnya, kucoba menanyakan hal tersebut ke Lilis, asisten rumah tanggaku yang datang ke rumah setiap hari selama 2-3 jam saja. Alhamdulillah, dia mau menjaga anak-anakku, dari siang hingga aku pulang. Duuuh, lega. 

Akhirnya, tanggal 1 November 2014, dengan taksi, -yang telah 45 menit dari jadwalnya- aku berangkat ke FX Senayan. Senang berjumpa beberapa teman yang sudah kukenal. Bahkan ada mbak Anna yang datang bersama temannya. Juga ada Cici Tanti dan Mbak Icha dan beberapa ibu-ibu lainnya dari komunitas WSC, yang kebetulan setelah kegiatan sharingku tersebut, akan juga melangsungkan kegiatan launching buku antologi komunitas WSC yang terbaru, yang berjudul "Bersandarlah Pada Allah Semata". 
Launching buku Bersandarlah Pada Allah Semata, setelah kegiatan sharing 

Dalam sharing tersebut, aku berbagi tips menulis cerita anak, berdasarkan ilmu yang kudapat dari banyak mentor online dan offline kelas selama ini, serta pengalaman pribadi. Aku menggunakan cerita anak karyaku yang berjudul "Atta dan Lisbet" -yg menang juara 2 di lomba cernak SCBWI tahun ini- sebagai contoh pembuatan cerita anak. 
Foto diambil dari FB Nina Kirana

Dalam kegiatan ini, kuberbagi, bahwa ada 5 hal penting yang harus ada dalam menulis cerita anak.  Yakni : 

1. Ide dan Tema cerita. 

Pada prinsipinya, ide cerita bisa didapat dari mana saja. Pengalaman pribadi, tingkah pola anak-anak kita atau anak-anak lain, kegiatan di sekolah dasar, lokasi satu tempat dan juga buku yang kita baca. 

Sementara tema cerita yang merupakan kerangka dasar cerita, bisa kita bentuk, setelah ide cerita muncul. Tema adalah pesan besar yang akan kita bawa dalam sebuah cerita. 

Kucontohkan bahwa, ide cerita Atta dan Lisbet kudapat dari seringnya aku mengantar anakku terapi ke tempat terapi anak berkebutuhan khusus. Nah dari tempat terapi itu aku menemukan ide, tentang anak laki-laki yang akan mendaftar ke satu tempat terapi. Namun, aku ingin cerita tersebut unik dan beda. Sampai sini, aku baru menetapkan ide utama cerita saja. 


Berbagai media bisa digunakan, salah satunya youtube. *gambar dari pinterest.com

Menggali ide sendiri dapat dilakukan dengan membaca buku, mencari informasi di internet, juga menggunakan youtube. Gunakan kata kunci yang tepat, terkait ide, sehingga mendapatkan info yang akurat serta sesuai fakta. 

Terus terang, aku bukan tipe orang yang langsung bisa menulis. Nyaris setiap ide cerita anak yang muncul, harus kuolah sedemikian rupa dulu, agar menjadi tulisan cernak yang menarik. Sebagai penulis yang otodidak dan berangkat dari langsung praktek menulis, serta baru belajar teori setelah setahun menulis, aku masih menemukan banyak celah yang harus kupelajari, terkait menggali ide-ide kecil menjadi sebuah cerita besar. Seperti yang dilakukan para mentor menulisku. 

2. Tokoh dan Karakter. 

Umumnya tokoh (pemeran utama cerita) dalam sebuah cerita anak, tidak banyak. rata-rata 2-3 tokoh saja. Bisa protogonis dua-duanya, atau satu protogonis dan lainnya antagonis. Mengingat ini adalah untuk keperluan cerita pendek, maka tokoh dalam cerpen anak-anak tidak perlu banyak. Dan anak-anak sendiri menyukai tokoh yang sedikit, agar tak kesulitan dalam mengingat nama tokoh. 

Karakter adalah sikap dan sifat yang dimiliki oleh si Tokoh. 


aneka karakter anak. *gambar dari pinterest.com 


Dalam cerpen "Atta dan Lisbet", aku mendapatkan ide karakternya dari teman putriku. Seorang anak laki-laki bernama Atta yang sangat aktif. Namun karakter aktifnya tidak kupakai. Kugunakan keterangan fisiknya saja untuk menggambarkan karakter fisik. Sementara untuk karakter sifat, kubuat versiku sendiri, bahwa Atta adalah pendiam, memiliki sifat indigo dan mempunyai teman imagi. Lalu ada tokoh Lisbet, yang diakhir cerita, kuceritakan sebagai teman imagi dari Atta. Lisbet kugambarkan sebagai anak perempuan berambut panjang, pirang dan bermata biru. Lisbet ini yang kutonjolkan sebagai tokoh yang usil dan jenaka. 

Proses pembentukan karakter dalam cerpen anak lebih ringkas, tidak serumit pembuatan karakter novel anak, yang membutuhkan detail lebih banyak. Hal ini sesuai dengan panjangnya cerita yang akan digarap, jika menulis novel.

3.  Konflik. 

Dalam cerpen anak, akan lebih baik kita memilih konflik yang sederhana. Yang sering terjadi di sekitar kita. Untuk penulisan konflik sendir, bisa langsung ditulis di awal cerita, atau di tengah cerita, bahkan, di akhir cerita. 

Untuk cerpen "Atta dan Lisbet", aku mengangkat ide yang terkait anak berkebutuhan khusus. Aku baru memunculkan konflik anak dikaitkan dengan hubungannya dengan sang ibu, justru menjelang akhir cerpen. Di awal cerita aku lebih fokus pada karakter tokoh. 

Hal yang menyedihkan sering dijadikan ide untuk konflik cerita, namun hal yang menyenangkan pun dapat juga dijadikan konflik. 

4.  Alur Cerita dan Plot. 

Alur cerita merupakan salah satu bagian yang penting dalam sebuah cerita. Untuk cerpen anak, baiknya kita menggunakan alur maju atau alur sederhana. Meski tidak menutup kemungkinan untuk cerita yang ditargetkan dibaca oleh anak usia 10 tahun ke atas, dapat juga menggunakan alur kilas balik. 

Untuk plotnya sendiri, juga demikian. Gunakan plot yang sederhana. Plot sendiri merupakan hubungan satu adegan ke adegan berikutnya yang memiliki hubungan sebab akibat. Umumnya plot lebih kelihatan dalam sebuah novel. 

Alur yang sederhana pada cerpen anak, umumnya hanya memiliki tiga tahapan, yakni pembukaan cerita, inti cerita dan akhir cerita. 

5. Setting 

Untuk pemilihan setting yang menjadi latar cerita, dapat digunakan lokasi, lingkungan dan waktu adegan terjadi. Setting ini penting, karena bisa menentukan sebuah naskah cerpen diterima oleh satu majalah atau media atau tim panitia lomba atau tidak. Karena, beberapa media menyukai setting yang mengandung muatan lokal. Atau disesuaikan dengan tema lomba, bisa setting luar negeri, ataupun futuristik. 

Pemilihan setting yang tepat, dapat menambah nilai cerita, misalnya pemilihan lokasi cerpen di tempat terapi anak, (seperti cerpen "Atta dan Lisbet"), hal ini dapat memberikan gambaran bagi pembaca mengenai kondisi sebuah tempat terapi anak berkebutuhan khusus. 


Contoh setting lainnya adalah kawasan pemakaman, adegan ngaben, lokasi penjualan ikan cue, kawasan pemburu ikan paus, dan banyak lagi. 

6. Eksekusi Cerita. 






Ada beberapa point yang perlu diperhatikan ketika mulai mengeksekusi cerita anak. Antara lain : 

a. Biasakan untuk tahu target pembaca. Usia berapa anak yang ditargetkan membaca tulisan cerpen atau novel kita. Hal ini penting, agar tulisan atau pesan yang ditulis dalam cerpen itu sampai dan terbaca oleh para pembaca kita. Jika menulis untuk majalah, pastikan majalah tersebut dipelajari. Misalnya untuk majalah Bobo usia pembacanya adalah 6 - 12 tahun. Sementara untuk majalah Girl, usia pembacanya 10 - 14 tahun. dan seterusnya. 

b. Gunakan bahasa yang menganak. Yakni bahasa yang tertulis dalam kalimat yang sederhana, lugas dan tidak bertele-tele. Misalnya 1 kalimat hanya terdiri dari 6 - 10 kata saja. Hindari kalimat yang bersayap. Ini terkait dengan kemampuan baca anak itu sendiri. 

c. Hindari penggunaan kata-kata kasar, jorok/porni dan terlalu menggurui (menggunakan mulut orang dewasa untuk menyelesaikan konflik). 

d. Upayakan agar pesan moral disampaikan sehalus mungkin. Biarkan anak yang menyimpulkan hasil bacaannya, setelah ia selesai membaca. Anak-anak pada dasarnya adalah mahluk cerdas. Mereka memiliki logika berpikir yang masih murni dan suka mencerna tulisan yang dibaca. 

e. Pilih judul cerita yang menarik. Hal ini masih PR besar juga untukku, karena sering sulit menemukan judul yang menurutkan menarik perhatian anak-anak. Beberapa judul cerpenku yang berhasil masuk naskah terbaik, diantaranya Teka Teki Telapak Tangan, Rahasia Rumah Reyot, Sabut Kelapa Ajaib, kemudian Atta dan Lisbet. Sepertinya pemilihan judul yang menarik perhatian adalah yang mengundang penasaran dari pembaca anak. 


contoh judul : Rahasia Rumah Reyot


f. Dalam memulai cerita, bisa menggunakan beberapa cara. Misalnya dengan menggunakan dialog di awal cerita, atau bisa juga dengan adegan yang menarik perhatian, atau memunculkan konflik di awal cerita. 

Beberapa contohnya dapat aku kutip dari beberapa cerpen anakku, antara lain : 

- Contoh memulai cerita dengan menggunakan dialog :

"Bu, Yuk Nurul sudah lewat, belum?" Kata Icha, gadis kecil berusia 7 tahun, dengan rambut hitam legam, berkucir satu. Icha mengeluarkan kepalanya melalui jendela kamar. Ia memperhatikan Sungai Musi yang mengalir di bawah rumah.  

(cerpen "Kertas Surat Warna-Warni" - Majalah Bobo no 18 / 2014) 


Majalah Bobo no 18/2014


- Contoh memulai cerita dengan konflik di awal cerita :

Langit sore begitu gelap. Geo memandang ke arah langit. Raut wajahnya terlihat khawatir sekaligus kesal. 

(Kumcer Hantu Siul. Judul : Sabut Kelapa Ajaib. DAr Mizan - Fiksiana : 2014) 


Sabut Kelapa Ajaib


- Contoh memulai cerita dengan adegan yang menarik perhatian : 

Perhatian Atta tertuju pada anak laki-laki di hadapannya. Jemari anak seusianya itu memutar roda mobil-mobilan berwarna merah. Tanpa henti. 

(Cerpen Atta dan Lisbet. Pemenang ke 2 Lomba Cernak SCBWI - Indonesia : 2014)  


Dan pada akhir session berbagi tersebut, kutekankan agar teruslah membaca, menulis dan kembali menulis, lalu belajar mengedit serta merevisi tulisan. Jangan pernah bosan.


gambar pinjem dari pinterest.com 


Pada sesi tanya jawab, aku surprise juga karena meski pesertanya tidak terlalu banyak, namun pertanyaan yang diajukan terpaksa dibatasi, karena sebetulnya, aku sudah mengambil sedikit jatah waktu bagi komunitas WSC untuk launching buku baru (maaf ya mbak Deka... hehehe). 

Beberapa pertanyaan tersebut, antara lain :

1. Bagaimana cara membangun semangat menulis cerita anak, jika anak-anak yang selama ini jadi sumber inspirasi, sudah pada besar ? 

Kujawab : Bisa dengan membangun kondisi dunia anak melalui bacaan. Kucontohkan salah seorang penulis senior (sekaligus mentorku), yang ketika hendak menulis cerita romantis, maka ia membeli buku atau novel bertema sejenis dan membacanya, hingga full otaknya oleh nuansa romantis. Cara yang sama bisa digunakan. Misalnya kita beli buku atau novel bergenre anak-anak, atau bisa juga dengan membeli banyak kumpulan cerita dalam dan luar negeri. Kita bisa mendapatkan ide baru dari sana, atau mentwist isi ceritanya. Jadi membangun kondisi menulisnya dengan membaca banyak cerita anak dalam satu waktu. In sha Allah bisa membuat semangat menulis cerita anak tetap konsisten. 


Pertanyaan ini diajukan oleh temanku. Mbak Anna. 


2. Bagaimana caranya agar tidak lupa dengan karakter tokohm, karena terkadang si penulis (penanya) suka tanpa disengaja memasukkan karakter diri ke dalam karakter tokoh cerita, sehingga terpaksa dibuka lagi tulisan di bab atau bagian sebelumnya, untuk memastikan  karakter tokoh tersebut? 

Untuk hal seperti ini, terutama terkait cerpen, tidak sulit, karena pendeknya cerita, tidak mengharuskan si penulis lupa akan karakter tokoh, namun untuk cerita dalam novel, penting sekali untuk membuat mind map atau list karakter tokoh dalam kertas atau file tersendiri. Penulisan karakter secara lengkap di kertas atau file khusus, tidak saja membantu penulis untuk mengingat karakter tokoh, namun juga membantu menghindari writer's block. Bahkan bisa membantu memunculkan konflik-konflik kecil untuk memperkaya tulisan. 


3. Sebagai orang yang bekerja di PAUD, sangat inign menulis cerita untuk anak-anak PAUD. Namun bagaimana cara atau tips menulisnya, termasuk bagaimana mengatur waktu menulisnya. 

Terus terang, hingga detik aku membagi pengalamanku, aku belum pernah menulis cerita dengan target pembaca usia PAUD (2 - 5 tahun). Hal ini karena aku merasa kesulitan membuat satu cerita dengan sistem satu gambar satu kalimat. Usia PAUD membuat penulis harus ekstra kerja keras, karena di fase ini visualisasi atau gambar jauh lebih menarik daripada kata-kata (audiotory). Sehingga, sebuah cerita pendek harus diedit sedemikian rupa sehingga menjadi satu kalimat. 

Ada tips dari salah satu mentorku dalam membuat pic book atau buku cerita bergambar, yakni, buatlah dulu satu cerpen utuh, lalu bagi menjadi beberapa bagian (sesuai dengan jumlah halaman atau versi pic book yang akan dibuat), lalu beberapa bagian kalimat itu, diedit sedemikian rupa menjadi satu kalimat untuk satu adegan atau satu bagian. Mungkin untuk lebih detail, bisa dicari di internet beberapa tips dari penulis yang biasa menulis pic book untuk PAUD. 

Sedangkan terkait managemet waktu, maka kuberikan tips menurut caraku, yakni dengan selalu membawa alat tulis kemanapun pergi. Atau bagi yang menyukai cara mengetik pakai gadget itu juga bisa. Karena sebagai perempuan pekerja dan juga ibu rumah tangga, umumnya, kesulitan untuk duduk manis dan dalam waktu lama guna menulis cerpen. Namun semuanya bisa disiasati, sesuai kemampuan fisik, waktu dan niat menulis yang besar. 

4. Seberapa penting sih ikutan kelas online? 

Bagi penulis otodidak sepertiku, yang menulis dulu baru belajar teori, maka mengikuti kelas online adalah sangat penting. Dan yang terpenting lagi adalah memilih kelas online yang tepat, agar tidak keblinger karena ikut banyak kelas online, bisa juga membuat seorang penulis pemula malah semakin jenuh dan akhirnya malah tidak menulis sama sekali. Dari awal niat menulis, aku memang fokus pada cerita anak. 


Sehingga rata-rata kelas online yang kupilih adalah kelas online cerita anak. Kucari juga kelas online dengan mentor yang mumpuni, yang karya-karyanya sering kubaca serta masih terus produktif menulis. Hindari juga mengikuti kelas online, yang mentornya sendiri tidak produktif menulis, serta terlalu banyak peserta. Karena akan menyulitkan kita untuk menerima ilmu menulis secara fokus, kecuali kita sudah terbiasa mengikuti kelas online. 

Yang pasti, tentukan terlebih dahulu, keinginan menulisnya ke arah mana, lalu pilih kelas online (berbayar atau tidak) yang diajar oleh mentor yang produktif, serta pastikan memiliki waktu untuk mengikuti kelas tersebut, sehingga tidak mubazir dana yang sudah dikeluarkan.


Pertanyaan ini diajukan oleh Fatika (sebelah kiriku) 


5. Seberapa perlu menggunakan KBBI dalam menulis cerpen anak?
Terus terang, sebagai penulis otodidak, di awal menulis, aku jarang menggunakan KBBI. Namun seiringnya waktu, aku belajar untuk menulis yang diikuti dengan teori ERR, (edit, revisi dan rewrite). Dan untuk mendukung cara ini, kugunakan KBBI. Jadi kalau ditanya perlu atau tidak, jika ingin menjadi penulis yang baik, tentu perlu menggunakan KBBI. 

6. Apakah menulis cerita dengan satu tokoh saja namun berbeda cerita, lalu dimasukkan dalam satu buku, sudah termasuk novel? 

Menurut pengalaman pribadiku, hal seperti ini lebih masuk ke kumpulan cerita. Karena novel sendiri biasanya memiliki banyak tokoh dan karakter, plot (alur cerita yang memiliki sebab akibat), banyak bab serta memiliki awal, tengah dan akhir cerita yang berkesinambungan. 


Demikianlah, sebagian pertanyaan yang diajukan. Jawabanku dalam tulisan ini sudah kurevisi. Namun jawabanku tak kurang lebih sama point utamanya dengan tulisan di atas. 

Setelah nyaris sejam lebih (kurang tahu juga, yang pasti aku mengambil sedikit waktu launching buku WSC :) ) Akhirnya aku memberikan dua buah buku karyaku, The Cousins, kepada dua penanya yang kuanggap menarik. 





Selesai sudah tugasku, dan akupun mengikuti kegiatan berikutnya, yakni launching buku komunitas WSC bersama teman-teman dari komunitas tersebut. 


Foto diambli dari FB mbak Deka 


Makasih ya WSC dan makasih mbak Deka atas kepercayaannya mengajakku berbagi ilmu menulis. 

Semoga tulisan ini memberi banyak manfaat. :) 

Oh, iya. Sebelum lupa. Reportase kegiatan ini juga ditulis mbak Elisa Koraag (Mbak Icha) dalam blognya, berjudul "Tips Menulis Cerita Anak Dari Dian Onasis".  Makasih liputasnnya  ya Mbak Icha... Aku sempat berfoto berdua mbak Icha yang juga founder komunitas PEDAS ini. 


bareng mbak icha 



#Seminggu setelah sharing, berhasil menulis di blog lagi, itu rasanya menyenangkan sekali. :) *masih harus cari link2 blognya mbak Deka nih! :) 



Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more