Jun 17, 2015

Kelas Permen? Apa Itu?

Berjuta Permen

Apa itu kelas permen? Kenapa namanya permen?

Mungkin saja pertanyaan ini terlontar di pikiran teman pembaca blog ini...

Hemmm....
Sebetulnya, semua itu ada kaitannya dengan kenekadanku membuat kelas online di tahun 2015.

Mau tau kisahnya?




Baiklah...

Berawal dari keinginanku memiliki komitmen untuk kembali menulis novel anak, aku mencoba sebuah cara, agar semangatku tetap bisa menyala. Aku ingin sekali setahun itu bisa menuliskan 2-3 novel anak. Seperti di tahun 2011-2012 lalu. 

Lalu aku mulai mencari cara agar hal tersebut bisa kulakukan.

Sebelumnya, di ujung tahun 2014, aku sempat mengikuti kelas online Kurcaci Pos mas Baim dan kelas Penulis Tangguh mbak Nur. Dua kelas online ini kuikuti dengan tekun. Cara mengajar dan pola pemberian materinya menarik perhatianku.

Pertama, untuk kelas Kurcaci Pos, mas Baim dengan tekun mengoreksi, memberi saran dan masukan, satu demi satu cerita anggota kelas. Ini membuat aku dan mungkin sebagian besar teman-teman, jadi paham bagaimana memperbaiki naskah, meski tidak menutup kemungkinan, bahwa cara ini bisa membuat murid atau peserta didik menjadi tergantung dengan koreksian pak gurunya...:)

Kedua, cara mbak Nur yang membuka kelas tangguh secara gratis (ada tiga angkatan), dan malah membuat mbak Nur semakin semangat mengajar sekaligus semangat menulis. Ini hal yang baru terlihat jelas di hadapanku. Ternyata, jika kita berbagi [pengalaman menulis dengan ikhlas], maka semangat untuk menulis pun dapat terus menyala dan syukur-syukur bisa stabil.

Terus terang, sebelumnya aku juga mengikuti banyak kelas online, dengan beragam mentor dan cara mengajarnya. Ada yang bisa kunikmati dan kuterima ilmunya dengan cepat. Ada juga yang sekedar dapat ilmu, tapi kehilangan semangat. Namun, ada juga satu dua kelas yang aku bingung, harus bagaimana menerima materi serta mencari semangat di kelas online itu, mengingat mentornya terkesa "semau gue" dalam mentransfer pengetahuan dan pengalamannya. Semua itu menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagiku.

Akhirnya.. setelah merenung cukup lama, aku memilih untuk mengadopsi dua cara (kelas Kurcaci Pos dan kelas Penulis Tangguh) ditambah dengan pengalamanku mengajar sebagai dosen selama 15 tahun (aku merasa cukup mampu mengoreksi serta menerbitkan semangat para mahasiswaku dulu, bisa jadi itu dapat kuterapkan)  pada program yang akan kubuat tersebut. Maka terpikirlah sebuah kelas online gratis.

suasana berbagi ilmu menulis di kampus FH Unsri Bukit Besar
beberapa tahun lalu


Waktu itu, aku sempat iseng share status di FB tentang kemungkinan kalau aku buka kelas online menulis novel anak, apakah kelak banyak yang tertarik?

Wah, ternyata reaksi teman-teman di luar dugaan. Mereka begitu antusias. Aku jadi semakin tertarik untuk menjadikan mimpi ini sebagai sebuah kenyataan.

Mulailah, kususun dan kuperkirakan seperti apa bentuk kelasnya. Apa nama kelasnya? Bagaimana proses menerima teman atau peserta didiknya? seperti apa kira-kira output yang diharapkan, serta bagaimana mekanisme belajar onlinenya?

Pikiranku antara semangat tinggi dan sedikit khawatir.

Semangat tinggi, dengan harapan, bisa produktif menulis dan membuat teman-teman bisa menulis novel anak. Sedikit khawatir  karena aku tidak tahu, apakah niat ini bisa kuat bertahan. Serta mampukah aku meluangkan waktu antara menulis dan membagi pengalaman sekaligus.

Akhirnya, dengan modal tekad dan belajar konsisten, aku membuka audisi Program Menulis Novel anak (kusingkat Permen) di akhir tahun 2014. Sebuah program yang akan dijalani selama 12 minggu, dan seminggu 2 kali (24 kali pertemuan). Program ini membagi pengalamanku bagaimana memulai menulis novel, serta menargetkan novel tersebut dalam waktu 3 bulan selesai. Minimal Draft Pertama.

Puluhan proposal masuk. Aku memilih 11 teman yang ikut audisi, plus 1 teman yang memang kujanjikan akan diajak bergabung dalam program ini.

Mereka antara lain:

PERMEN #1
1. SITI NURHASANAH
2. ONIE DAULAT
3. ARIE NURANI
4. EUGENIA RAKHMA
PERMEN #2
1. ADE ANITA
2. CAHYA NAURIZZA
3. HUSNA ILYAS
4. OFI TUSIANA
PERMEN #3
1. FAJRIATUN NUR
2. WAWAT SMART
3. WAHYU AGUNG
4. DYAH UMI PURNAMA

Alhamdulillah, awal Januari 2015 kegiatan ini mulai berjalan. Aku deg-degan juga. Khawatir cara atau pola penyampaianku belum pas atau sikap yang kuterapkan belum maksimal. Meski jauh dari sempurna, ternyata apa yang kusampaikan, memberikan hikmah juga bagi teman-teman di kelas Permen #1. Meskipun salah satu teman, bernama  Arie Nurani akhirnya minta pindah kelas permen #2, mengingat dia sedang ikut kelas online lain di waktu yang sama. Kemudian kutukar dengan Ofi Tusiana, sayangnya ternyata Ofi dihadapkan pada tugas kenegaraan dari kantornya. Sehingga sulit untuk berkomitmen 2 kali seminggu selama 2 jam di depan komputer.

Aku akhirnya mengajak Hairi Yanti, salah seorang teman di Penulis Tangguh, tapi sebetulnya juga teman lama di beberapa group kepenulisan. Yanti masuk ke permen #2. Dengan demikian, Permen #1 hanya 3 orang, dan permen #2 menjadi 5 orang.

So far, turun naiknya semangat memang kelihatan. Komitmen yang kadang tinggi dan kadang terjun bebas juga bermunculan. Aku tahu ini semua proses dari sebuah pembelajaran. Aku sendiri selama membuka kelas online ini, justru baru berhasil menuliskan sebuah novel anak. Saat ini baru kuajukan ke penerbit. Rencananya akan menjadi novel serial. Aku belum tahu bagaimana keberuntungan dan rejekiku pada naskah tersebut. Semoga Allah berkenan membuatnya berjodoh dengan sebuah penerbit. Amin...

Meski lumayan menguras energi dan komitmen, namun hingga bulan Juni ini, saat menutup kelas permen #2, aku merasa cukup bahagia dan bangga atas kerja keras teman-teman yang belum pernah menulis novel anak sebelumnya, dan ternyata dalam waktu 12 minggu, berhasil menuntaskannya dengan baik.

Dari 8 orang yang ikut dalam dua kelas permen, 4 orang berhasil menamatkan draft pertama mereka. 2 orang saat ini sedang berjuang mencari ending dari novel mereka, dan 2 orang lagi masih berusaha mendapatkan feel dan semangat meneruskan naskah mereka yang baru berada di bab 2-3.

Aku tahu, ini semua adalah proses awal. Setelah ini, masih panjang yang harus aku dan teman-teman di kelas permen harus lakukan. Namun, proses awal ini sudah memberikan sebuah harapan dan semangat baru. Semoga apa yang kubagi, dan apa yang telah kulakukan ini bisa konsisten dan komit kujalani.

In sha Allah, setelah lebaran Idul Fitri, aku menjalankan kelas permen #3. Yang kali ini anggota-anggotanya adalah orang-orang yang sudah semakin keren di dunia menulis. Mudah-mudahan, aku bisa juga membuka kembali audisi untuk kelas permen #4 dan #5 di akhir tahun 2015. Amin.

Berikut, teman-teman yang lulus di kelas permen. Kubuatkan e-certificate. Meskipun sederhana, semoga bisa memicu teman-teman ini untuk semakin produktif menulis cerita untuk anak-anak Indonesia.

Amin. 
First Alumni Ever!
Rara, menggusung genre realis dengan tema masakan khas tradisional
Merupakan salah satu teman yang asyik diajak diskusi
Hairi Yanti
Nyaris give up di minggu pertama kelas permen #1
namun berhasil menamatkan draft pertamanya di minggu ke 10.
Menggusung genre misteri dengan tema lokalitas terkait intan di kawasan Kalimantan
Arie
Membalas ketidakfokusannya di awal kelas permen #1,
Menyelesaikan naskahnya sebelum kelas permen #2 berakhir
Tertarik dengan genre dongeng dengan tema putri yang berjiwa detektif.
Saat ini berniat kuat untuk menjadikan novelnya, sebagai serial novel. 

Cahya

Penyuka Deadline!
Menyelesaikan naskahnya di hari terakhir kelas permen #2
Membuat draft pertama dengan genre islami dengan tema keluarga.
Aku menitikkan air mata membaca draft naskahnya.

*Pamulang.
Hari pertama, Ramadhan di tahun 2015.

No comments:

Post a Comment

Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more