Nov 15, 2017

(Room To Read) Bagian ke 5 : Hari Terakhir Workshop di Yogyakarta

Warning : 

Tulisan mengandung unsur model tulisan curhat

Jadi, akan panjang kali lebar banget, Dan aku tidak memberi garansi para pembaca akan mendapatkan pengetahuan khusus menulis pada artikel ini 
Plus maafkan jika bahasanya campur-campur. Semua berdasarkan catatan pribadi belaka

Ini adalah selfie terbaikku. Saat nervous karena mau maju presentasi, aku suka iseng
ini adalah hasil dari iseng tersebut.
Nice right? Hahaha

Hai...

Sebelum aku lanjut pada bagian akhir catatan workshop Room To Read yang terakhir ini. Simak juga cerita sebelumnya di sini : http://www.dianonasis.com/2017/11/room-to-read-bagian-ke-4-hari-ke-3.html.

Oke then...

Kita lanjut cerita hari ke 4 atau terakhir dari Workshop ini ya... 

Ruangan baru untuk presentasi 

Kali ini, pindah ruangan nih. Selain penyegaran, harapan lainnya lebih sejuk kalau terbuka dan signal internet kayaknya lebih friendly di kawasan ini. :) 

Para peserta workshop serius mendengar presentasi dan masukan dari tim 
Nah!,.. Di hari ke 4 ini, sebagaimana sudah aku ceritakan di tulisan sebelumnya, bahwa setiap kelompok diminta untuk menyiapkan semua anggota untuk maju presentasi, menjelaskan draft naskah mana yang kira-kira paling cocok, paling serg atau paling pas untuk ditulis oleh anggotanya. 


Alfredo membuka kegiatan hari ini dengan menjelaskan beberapa hal penting terkait cara atau kriteria untuk memberi komentar pada sessi presentasi ini : 

1. Make sure, is the narrative of BME clear and consistent?
2. Are the characters engaging to each other?
3. Is the story, child friendly? 

Kira-kira itulah point yang perlu dikomentari, selain jika peserta lain ada informasi mengenai naskah peserta yang presentasi. 


Adjuy, salah satu teman satu kelompokku.
Tulisannya tentang Desa Pelangi, sungguh keren...:) 
Ini teman-teman peserta workshop, kembali menikmati hasil karya alumni sebelumnya 

Sebetulnya hal ini tidak masalah buatku. Beneran nggak masalah. Aku biasa menghadapi mahasiswa ratusan saat ngajar dulu. Sampai, saat satu, dua dan tiga teman mulai maju mempresentasikan naskah mereka. Aku mulai sakit perut. 

Kepalaku cenut-cenut mendadak, dan aku kehilangan selera makan. 

Ada apa sih?

Hahaha...

Aku lebay aja. 

Sebetulnya, aku kaget dengan rapi dan menariknya naskah-naskah teman tersebut. Mereka paham bagaimana menempatkan tulisan, illustrasi serta deskripsi naskah. Bahkan ada yang sudah bisa membuat story boardnya.

O OW...

Aku gak paham istilah-istilah yang digunakan dalam picbook. Apa itu zoom out, apa itu angle anu itu dan spread benda apa lagi itu? wkwkwkkw

Aku ngeblank. 

Terus terang, aku sakit perut. Bukan lapar atau haid. Tapi karena stress.

Saat coffee break, aku buru-buru kabur ke kamar sebentar. Lalu menenangkan diri di sana. Pengennya sih sholat dhuha. Tapi lagi haid. Walhasil, aku urus aja dulu anak-anak sebentar, ngobrol dengan suami yang ringan-ringan, dan saat keluar kamar, lirih aku bilang ke Bang Asis... "Bantu doa buat Dian ya Bang?" Anggukannya membuatku agak ringan. 

Kakiku kembali melangkah ke ruangan kegiatan.

Sepanjang perjalanan dari kamar ke ruangan tersebut dekat sekali. Tapi, aku sibuk mengomeli diri sendiri. Kenapa sih jadi stress? Bagian mana yang bikin gak pede sih Dian? Kenapa gak kerja aja maksimal? Toh teman-teman  yang tadi maju udah biasa nulis picbook dan menggambar illustrasi. Bla.. bla... bla...

Yup!

Aku mensugesti diri ini. Dan itu sudah lama tidak kulakukan. Terakhir kalau gak salah, mau lahiran Billa deh, aku kayak orang gila mensugesti diri gini. Wkwkwkkw

Anyway... 

Saat aku maju presentasi pun sebetulnya aman dan damai. Eh? Maksudnya gak ada dikhawatirkan. Masukan-masukan tak banyak lagi, karena kemaren aku udah maju dengan tema folklore tentang Ikan Terbang. Jadi beberapa bagian saja kuperbaiki. Kulihat Alfredo cukup puas dan suka dengan naskah itu. 

Kemudian, apakah semua urusan ini selesai begitu saja?

Jreng...jreng... ! :) 

Yang pasti, kami sempat melakukan ice breaking lagi. Kemudian sempat foto-foto dulu, makan-makan dulu, diskusi dulu dan becanda dulu. Lumayan mengendorkan stress hehehe

Masih bisa becanda lho tim Puspa Swara...:) 

Foto ini kalau tidak salah diambil oleh Afin, tim dari Mizan.
Senang deh gabung di tim Puspa Swara :) 

Foto bareng
Ki-Ka : Aku, Uni Eva Nukman, Adjuy, Heru (duduk), Ida, Yuniar, Astri, Christine, Nur A 

Kemudian, kami kembali ke ruangan, lalu melanjutkan presentasi semua peserta hingga tuntas. Beberapa naskah sudah kelihatan menarik, beberapa menimbulkan pro kontra, dan beberapa aku lupa mereka nulis apa. Hehehe... 

Lalu, acarapun ditutup dengan pembagian sertifikat. Sayang Al lagi sakit perut karena makan siang salah makan kayaknya. Jadi diwakili oleh mbak Rina. 

Yey.. Dapat sertifikat. Mbak Rina yang mungil, atau aku yang gede banget sih? Hiks 


Aku sendiri menyempatkan berfoto dengan beberapa teman yang belum sempat diajak ngobrol atau foto bareng. Kesempatan wefie bareng penulis-penulis keren dan beken. Hahaha

Ini salah satu foto kesukaanku. Ayo tebak, aku foto ama siapa aja ini? :) 

Aku sendiri juga bersiap untuk mengecek hasil packing suami. Yup! kami malam ini harus pulang ke Tangerang Selatan lagi. Anak-anak udah harus sekolah lusa, juga ayah mereka harus ngantor besok lusa. 


Hiks... Aku gak sempat ikutan di foto ini. kadung udah kabur cek out
Buru-buru ke stasiun, khawatir telat :) 

Di saat teman-teman lain foto-foto lanjutan, dan beberapa malah bersiap mengeksplore Yogya, aku dan keluarga dijemput oleh Putu, sahabatku, untuk diantar ke stasiun kereta.

Ah, ternyata stasiun kereta Jogja cakep ya. Ada arena bermain anak-anak 


Bersih dan ada live musicnya.
I love this stasiun 

Ini orang-orang yang mensupportku dengan cara mereka sendiri.
Kadang kalau lagi pusing, lihat kelakuan Billa dan Aam, aku jadi ketawa ngakak.
Sekarangpun geli juga sih, lihat suami tau-tau beli blankon dan make sepanjang malam perjalanan pulang.
wkwkwkwkw 

Aku belanja oleh-olehnya nitip sama Putu nih, Selama workshop, kami benar-benar tidak sempat eksplore Jogja sama sekali.  Anak-anak sih tetap senang karena liburan di hotel yang kawasan halamannya luas dengan fasilitas yang mumpuni. Sementara aku? Nggak sampe di sini saja sih rasa yang tertinggal di hati.

Aku masih deg-degan.

24 peserta workshop, akan dicut atau dikurangi menjadi 20 penulis. 

Saat aku tahu, aku lolos di babak (cieee babaaak) ini, aku bersyukur, tapi sekaligus sakit perut. Karena meskipun tinggal 20 penulis, tapi ada 24 naskah yang digarap. Karena menurut Tim dan Al, ada 24 naskah yang menarik untuk ditulis. 
Walhasil, akan ada babak drama pemotongan naskah, karena setiap workshop Room To Read hanya menyajikan 20 naskah saja. 

Selesai workshop ini, tanggal 14 dan 15 September, kami presentasi lagi kepada tim Provisi, Editor dan Alfredo. Naskahku sendiri mengalami perubahan. Selama workshop, naskah Ikan Terbang ini mengalami 3 kali revisi. Lalu menjelang tanggal 14-15, naskah tersebut berubah, dari Modifiikasi Folklore, menjadi Fabel tentang Ikan terbang. Lalu di tanggal 14 September, hasil presentasi mengarahkan, agar aku merevisi naskah itu dalam sehari, untuk kembali datang lagi tanggal 15 September pagi, dan menjadi naskah Narrative Non Fiction. 

Jangan tanya, bagaimana caraku menghadapi babak demi babak drama revisi ini. Hahaha.... 

Ini adalah salah satu caraku merevisi naskahku yang ke 6 kalinya
Jadi naskah fabelku berubah jadi naskah Non fiksi bernarasi
Kugunakan pola gambar seperti ini dulu. Ada banyak gambar  yang kubuat malam tgl 14 itu
Lalu aku rapikan.
Aku masukkan ke dalam naskah satu persatu.
Baru kuperbaiki bahasanya dan logikanya
Aku sampe riset dan ngeprint sebuah skripsi mahasiswa soal ikan terbang
Juga nongkrongin 2 picbook bertema narasi non fiksi
serta surfing mencari tahu banyak hal. dalam hitungan beberapa jam saja.
Kebayang dah, hanya itungan semalam, mengubah naskah tersebut. Hahaha


Anyway... so far, naskah Ikan Terbang itu, berhasil masuk ke 20 naskah yang akan digambarkan oleh 20 illustrator hasil dari workshop room to read khusus illustrator. Dan kelak, akan ada babak revisi, terkait juga dengan reading test pada anak-anak. Hihihi.... Seru yaaa...:) Aku masih sakit perut lho... Ngebayangin naskah tersebut sudah berganti genre, dan akan didengar oleh anak-anak. Semoga mereka suka. Sehingga naskah itu layak terbit. 

Doakan aku yaaa.... Bantu doa, semoga perjalanan naskah itu berhasil jadi buku, dan disukai seluruh anak-anak yang membacanya. Ini kuniatkan banget nih saat pertama kali nyoba audisi ini pertengahan tahun ini. :) 

Btw...


Pastikan batas waktunya
Jangan lupa riset bahan cerita dengan baik ya. 



Ayo, ikutan yuk... Ini workshop keren namun penuh drama. Siapkan mental. Kosongkan gelas egonya. Karena di mata Room To Read, membuat buku pic book adalah kerja tim. Ini bukan kerja personal si penulis atau illustrator. Ini kerja tim dari penulis, illustrator, editor hingga desainer. Jadi tak bisa bawa gelas ego penuh. Bakalan kaget. hehehe

Semangat ya teman-teman. 

Sekian aja deh ceritaku. Pengen nulis panjang lebar. Tapi, aku harus kembali fokus melanjutkan tulisan yang lain. Di kepala ini sudah ada tulisan tentang Rumah Dunia dan Lapas yang aku kunjungi kembali bersama teman kemarin ini.

Terima kasih sudah tabah baca semua tulisan dari bagian pertama hingga akhir ini ya. 

Good luck! 


No comments:

Post a Comment

Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more