Oct 19, 2017

(Room To Read) Bagian 2 : Hari Pertama Workshop

Warning : 
Tulisan mengandung unsur model tulisan curhat
Jadi, akan panjang kali lebar banget, Dan aku tidak memberi garansi para pembaca akan mendapatkan pengetahuan khusus menulis 
pada artikel ini 
Plus maafkan jika campur tulisannya. Karena berdasarkan catatan pribadi belaka
:D

***

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan prolog di sini: 


Salah satu lokasi kegiatan Workshop
Baik...

Aku lanjut ya ceritanya.

Sebelumnya, para peserta workshop, termasuk aku, diberi email dari penerbit. Ternyata sistem audisi workshopnya, setelah dinyatakan lolos, lalu dibagi ke penerbit. Nah, alasan pembagiannya kemaren itu harus ada yang penulis sekaligus illustrator, harus ada laki2, ada yang undangan, dan sisanya berdasarkan kedekatan lokasi tempat tinggal dengan penerbit. Kurang lebih gitu deh alasan pembagian group penerbitnya.

Jadi sebelum ketemu, aku sudah mengetahui siapa saja teman yang ada di dalam satu team. Penerbit yang menaungi kami adalah Penerbit Puspaswara, dengan editornya Mbak Nura dan desainernya mas Heru. Hanya nama mbakYu Niar yang aku kenal dalam team. Sisanya say hai di WA Group dan ketemu di hari pertama Workshop.

Eh nggak dink... malam sebelumnya, pas makan malam, aku sempat jumpa Cici Dian K, mbak Ina Inong, Mbak Nura, Dewi illustrator yang kreatif (aku punya buku gambarannya yang bareng teh Ary Nilandari, tentang Barongsay), kami malah sempat ngobrolin perihal proses pic book itu dibuat. 

Jadi, sebagian penulis dan tim editor sudah jumpa saat makan malam. Sebagian lagi, kukenal sambil jalan. Kecuali beberapa yang pernah kutemui beberapa tahun sebelumnya di workshop kepenulisan yang dulu-dulu.



Datang kepagian.
Ruangan Workshop Masih Sepi.
Terlalu Semangat, Dian? 

Dari Email juga kami sudah diberi file untuk dipelajari, serta calon referensi pembuatan naskah. Tahun ini, sama seperti tahun lalu (mungkin), fokus pada foklore juga. Team Puspaswara memberi referensi naskah Tentang Ikan Tuing-tuing dan Kail Emas, serta naskah tentang Lebay Malang. 

Kesalahanku di sini adalah, aku tidak terlalu konsen dan fokus dengan 2 naskah tersebut. Aku print sekali lewat (bukan yang full atau lengkapnya, tapi hanya resume dari penerbit), dan baca juga sekali lewat. Aku nggak ingin membebani diri dengan terlalu banyak persiapan.

Iya aku baca aturan main workshop. Iya aku juga baca file dan referensi dari penerbit. Iya aku juga cari tahu dari blog temen perihal workshop ini. Sialnya, aku nggak cari tahu referensi lengkap kisah Folklore yang dibagikan penerbit. Kelak di hari terakhir workshop, aku ngerasain akibat dari keteledoranku tersebut. Entar aja cerita bagian ini. Mudah-mudahan aku inget. 

Love this Tote Bag
Tulisannya keren 
Pagi, 18 Agustus 2017 pukul 07.30, aku sudah tiba di lokasi kegiatan. Aku menolak sarapan. Jadi suami dan anak-anak sarapan sendiri. Aku pikir, mending pas coffee break saja makannya. Demikianlah, jika aku harus menghadapi sesuatu yang baru dan tak bisa kuprediksi. Mendadak kenyang aja. Hahaha

Anyway,...saat masuk ruangan, ada beberapa teman yang sudah hadir. Dan meja-meja sudah rapi dengan penempatan atk dan tote bag. Wih, i love this tote bag. Tulisannya keren banget. Mendadak, aku merasa istimewa menjadi penulis cerita anak, karena menjadi bagian dari gerakan mencerdaskan bangsa, Amiiin. 


Aku jadi ngerasa ikut mengubah dunia melalui tulisan untuk anak :) 

Baiklah....

Berikut yang aku dan teman-teman terima saat hari pertama workshop. 

Kami semua dikenalkan dengan panitia. Ada mbak Rina yang selalu bertugas menjadi penerjemah bagi Alfredo, master Pic Book berkewarganegaraan Philipina. Kemudian ada penjelasan dari panitia, tentang apa itu Room To Read.

Detailnya sih bisa dicek di website Room to Read dan Provisi Education ya. Namun secara singkat dijelaskan, jika R t R ini adalah sebuah lembaga non profit yang ada di 10 negara di Asia Afrika, khusus Indonesia, hanya bersifat Akselerasi Project With Provisi Education. Digambarkan pula, jika program  R t R terkait cerita anak ini adalah, upaya membuat naskah buku yang selevel dengan model Luar Negeri. Ibaratnya, pembuatan bukunya itu menggunakan standar International. Harapannya, semakin mencerdaskan anak-anak sebagai target pembaca.

Buku-buku ini sendiri tidak dijual bebas. Melainkan dikirim ke banyak perpustakaan di seluruh pelosok Indonesia. Aku pribadi saat baca hasil karya teman-teman angkatan sebelumku, terkagum-kagum dengan hasil cerita dan illustrasinya. Berasa sedang nongkrongin buku-buku picbook di Bad Woll Book Bazar banget. Cakep dan ciamik. Berdebar ngebayangin kalau kelak, bukuku pun akan muncul dalam bentuk sebagus karya teman-teman tersebut.

Ditargetkan, dari semua buku yang kelak cetak dan siap baca, akan diproduksi sekitar 420 ribu kopi buku untuk kisaran 60an judul buku, dan kelak disebar ke 145 perpustakaan sekolah dan atau perpustakaan yang ramah anak. Aku senang mendengar tujuan proyek ini. Seru ngebayangin anak-anak Indonesia baca buku keren-keren. 

Brainstorm pertama

Untuk workshop ini, kami akan diberikan 4 materi. Antara lain, hari pertama Character Based, hari ke 2 Theme and Narrative Structure, hari ke 3 Folklore Adaptation dan hari terakhir tentang  Revision. 

Tak berlama-lama, kamipun diberi tugas kelompok untuk menuliskan 2 hal : 

1. What do you want to get from the workshop?
2. What do you want to give/share to the workshop? 

Meski belum kenal semuanya, kami harus sudah bisa brainstorm dan mendiskusikan output dari masalah yang diajukan. 

Sebetulnya, aku pribadi bukan tipe manusia team work. Hahaha.. Biasa one player aja. Tapi dalam workshop ini, kupaksakan diri  ini untuk menyerap semuanya, dan menshare yang bisa kuberikan, meski hanya sedikit. Beruntung editor dan desainer Puspaswara kooperatif dengan kondisi ini. Dan enaknya lagi, sependek pengalamanku, penulis cerita anak cenderung low profile dan senang membagi pengalamanannya. Jadi, aku nggak ngerasa aura "songong" atau "arogansi" di groupku ataupun saat ngobrol dengan teman lain. Tapi emang aku nggak terlalu banyak ngobrol sama yang beda group sih, Hehehe. Tapi di hari pertama, aku menikmati sekali diskusi yang mengalir. 

Baru kenal di tempat, langsung diskusi.
Bukan hal baru buatku, tapi sudah lama nggak gini. :) 
Selesai mendiskusikan dua pertanyaan tersebut, hasilnya ditempel di dinding ruangan. Dan salah satu dari teman anggota team, diminta untuk menjelaskan hasil rembukan groupnya. Hari pertama, mbakYu Niar kebagian menjadi wakil kami. Hihihi, alasan klasiknya, sebagai jebolan R t R 2 tahun berturut-turut dan ngikuti angkatan ke 3, dia dianggap mewakili banget. Meski pake acara tunjuk-tunjukan dulu di awal, tapi mbakYu Niar, dengan gagah berani maju dan menjelaskan jawaban dari group kami. Thank u mbakYu... :) 

MbakYu Niar. Memaparkan jawaban Team Puspaswara 
Satu demi satu, group lain juga maju. Dari group BIP, ada bang A.Fuadi yang mewakili group menjelaskan jawaban mereka. Dari Mizan, kalau tidak salah ada mbak Alfin yang jelasin, dan dari group YLAI, kalau gak salah mbak Fanny.


Bang Fuadi, jelasin hasil diskusi group dari BIP 

Ini kalau tidak salah punya team Mizan deh
Yang lagi bicara adalah Alfin
Selanjutnya pemaparan Tentang Pembaca Sasaran oleh mbak Grace, editor dari YLAI. Beberapa poin yang kudapatkan dari penjelasannya, antara lain: 

1. Tempatkan diri sebagai anak-anak yang akan membaca buku yang akan kita buat
2. Target pembaca adalah berdasarkan usia (misalnya 6 - 8 thn), kelas (misalnya 1 -2 SD), bahasa (Indonesia dan lokal) dan tempat tinggal (di rumah apa, di kawasan mana dan lainya).  
3. Pada anak usia 6 hingga 8 tahun, apa yang mereka ketahui? apakah mereka baru mengeja? kemampuan bacanya tahap awal atau tidak? kosa katanya tentu terbatas. Karenanya jangan ada kalimat yang sulit. 
4. Pada usia anak-anak bisa jadi pemahaman bahasa terbatas.
5. Rasa ingin tahu pada diri mereka juga tinggi, sehingga dimungkinkan untuk baca-baca lagi. 
6. Lebih detail terkait illustrasi, karena usia 6 - 8 tahun memperhatikan hal ini. 

Banyak lagi yang dibahas oleh Mbak Grace. Hingga pada simpulannya Levelling Book tidak sama dengan Class or Age of The Reader. 
Yang menjadi fokus bagi R t R adalah Tingkat Kemampuan Membaca mereka (atau Levelling Book yang akan diterbitkan). 

Berikut foto mind map dari hasil penjelasan mbak Grace. Maaf tidak kutuliskan lengkap. Karena masih panjang nih penjabaran di hari pertama. Khawatir mabok yang baca. hihihi. 

Catatanku terkait penjelasan mengenai sasaran pembaca
dan detail pada illustrasi  plus menjaga mood menulis
Selanjutnya, pasca Ice Breaking dan Coffee Break, orang yang ditunggu-tunggu pun berada di depan. Yup! Mr. Alfredo atau biasa dipanggil AL. 

Al menjelaskan tentang Character Based

Menurut Al, setiap karakter yang dibuat harus memiliki objective atau keinginan.

Ia juga menjelaskan tentang How To Get The Character: 

1. From Ideas
2. From Travelling
3. From Conversation of Other People (Surronding Us)
4. Children or our Childhood
5. Picture or Film

Adapun yang menjadi element of story di antaranya: 

1. Plot, atau situasi secara terstruktur
2. Karakter
3. Konflik atau Masalah (Hampir semua pic book berdasarkan hal ini)
4. Tema (Apa pesan yang akan disampaikan sebuah cerita menjadi temanya). Istilah lain juga ada, yakni Premis of Story (What is The Writer Want to Say in Story) 

Ada 3 Pendekatan dalam menulis Pic Book di R t R ini : 

1. What is character based?

Jawabannya : Experience, Surrounding and Childhood

2. Should be Dicipline

Maksudnya, harus mampu mengkolaborasi ide dan sesuai dengan tahapan yang diajukan oleh editor serta ide-idenya. 

3. Popular Story or Folklore 

Mencoba mengadaptasi, memodifikasi dan membuatnya menjadi lebih menarik. 

Beberapa catatan lain diberikan Al, antara lain : 

1. Theme should show dont tell
2. Enggaged the story when you show the story, not tell them about the story
3. For some writer, theme is equal as Topic
4. It should be direct (one major theme) coz its a short story
5. The story withou problem is OK. But, the illustrator will work hard to visual the book.

Al kemudian menyontohkan beberapa picbook asing, antara lain Tailor Taiger, tentang Harimau yang ingin menjahit pakaian tradisional vietnam untuk kegiatan tahun baru. Duh detail buku ini cakep bangeeet. Anak-anak tanpa disadari mempelajari tentang ukuran, bentuk, huruf dan warna di buku ini. Karakter tokohnya pun khas. Bayangkan jika seekor harimau suka menjahit. Hehehe

Sekedar catatan penting. Children love to read a funny story/ a character story 

Contoh lain pun diberikan oleh Al. Dan salah satu buku yang dipresentasikan adalah buku karya cici Dian K. Judulnya Krauk-Krauk. Menurut hemat Al, The main character of this book is different, he did not win the game in this book. It makes the story "different". 

Cici Dian pun diberi kesempatan menjelaskan proses pembuatan buku tersebut. 

Cici Dian K menjelaskan proses pembuatan bukunya
berjudul Krauk Krauk
Tema sederhana tentang lomba makan kerupuk
Namun dalam balutan standar R t R, picbooknya terasa renyah dan cakep
Simpulan akhir dari penjelasan Al adalah, setiap karakter harus punya objective atau keinginan dan juga motivation atau alasan, sekaligus situation atau keadaan yang mendukung karakter tersebut. 

Misalnya I want to sleep because i am tired in the end of the year. 

Belum nempel rasanya penjelasan dari Al, kami pun diberinya PR. Hahaha... Gini nih yang beneran workshop... bukan shop while work. hahaha

Tugasnya:
- create 3 character
- create an objective for the character
- create a situation for each character. 

Artinya di hari pertama ini, aku dan teman-teman kudu bikin 3 karakter, dengan 3 keinginan serta 3 situasi. Jreng..jreng...:D 

Foto sebelum ice breaking
ternyata penting ice breaking lho... supaya gak error karena penuh isi kepala. hahaha

Dan pembuatan Karakter ini dibantu penjelasannya oleh Uni Eva Nukman. Editor Senior dari Litara. Ia menjelaskan tentang 3 Dimensi Karakter. 

Penting bagi penulis cerita anak membuat 3 dimensi dari sebuah karakter, agar menjadi kuat. Ini dibutuhkan untuk membedakan sebuah cerita sekaligus menentukan atau mempengaruhi jalan cerita. 

Adapun 3 dimensi tersebut adalah: 

1. Fisik yang dapat dilihat (misalnya: berkacamata, gemuk, pesek dan lain sebagainya).
2. Psikologis atau emosi (misalnya: pemarah, keras kepala dan lainnya)
3. Social atau lingkungan (misalnya: anak tunggal, anak kurang mampu dan lainnya)

Selanjutnya PR ditambah lagi. HAHAHA...

Karakternya harus memiliki 3 dimensi tersebut. Dibuat saat workshop, dan kelak akan maju 6 orang ke depan, untuk memaparkan karakter 3 dimensi berikut Objective, Motivation dan Situationnya.

Mulai dari sini, semuanya menjadi riuh dan mendadak pendiam. Sebagian memilih berdiskusi, sebagian kabur nyari tempat tenang, dan sebagian milih makan karena mulai tertekan. Wkwkwkwk

Aku pribadi membuat karakter seadanya. Bloon dan lemotnya kumat. Diesel mode on dan spongenya gak nyerap langsung. Aku masih kelimpungan dengan situasi dan penjelasan yang diberikan. Konsep Gelas Kosong yang kubawa jadi meluap-luap penuh tak terkendali. 

Meski berhasil menyelesaikan PR, aku tak berani maju atau mengajukan diri untuk ke depan, dan bahkan, bisa jadi editor di teamku tak berminat dengan karakter yang kubuat. *hela napas. 

Namun, satu hal keren yang berhasil kulakukan di hari pertama workshop. I can make 3 characters and detail with the synopsis of story. Only in short time, sisters and brothers!!. hahahah

Beneran kaget eh aku. Ternyata bisa lho bikin karakter dalam keadaan tertekan, lengkap dengan sinopsis ceritanya. Bonus diskusi ama editornya lagi. Meskipun pada akhirnya ke 3 karakterku ini tak terpilih, tapi aku sudah jatuh cinta dengan cara membuat karakter cepat. Alhamdulillah


Balutan Merah Putih. Bertepatan dengan sehari setelah Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia 
Setelah presentasi dari 6 peserta yang dipilih oleh editor, kami pun foto-foto di luar ruangan dengan tema Merah Putih.

Duh-duh... berasa kepala mulai berasap. Entah teman yang lain ya. Yang pasti, aku mulai merasakan denyut sakit kepala yang dulu hanya muncul saat aku sekolah. Ia mulai hadir dan menyapa. Nyut...nyut...nyut...

Hehehe..

Segini dulu cerita hari pertamanya ya...:)

Masih mau baca hari ke dua workshopnya gak?

InsyaAllah aku lanjutkan lagi nanti ya... Sekarang mau masak dulu..*cieee gayanya masak.. padahal nelpon go food tuuuh. hahaha


***

Lanjutan cerita ke tiganya ada di sini ya teman-teman


Workshop Hari Ke Dua 




No comments:

Post a Comment

Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more