Aug 30, 2013

Day #5 : Bila Ibu Rumah Tangga Bicara Tentang Kopi (Kopi Indonesia plus Kopi Vietnam)

kopi dan "ngopi"


          Sekarang ini, “ngopi”, tak sekedar dilakukan di warung-warung pinggir jalan, atau di stasiun bus dan kereta api. Trend “ngopi” sudah menyebar ke berbagai pusat perbelanjaan. Tak jarang “ngopi” justru menjadi alasan untuk reuni, jumpa klien hingga kegiatan membunuh waktu.

         Sebagai ibu rumah tangga, saya bukanlah penggemar kopi. Namun, kalau sudah kepepet Deadline terkait pekerjaan sebagai penulis, minum kopi pun saya jalani. Kadar kafein yang tinggi pada kopi, cukup menunjang agar mata lebih lama melek. Tak heran, jika “begadang” sering juga identik dengan kegiatan “ngopi”.

          Kopi sendiri merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi[i]. Lebih lanjut, jika bicara tentang kopi, maka sudah jamak diketahui, jika di dunia ini, kopi Brazil (jenis kopi robusta dan arabica) menguasai ekspor kopi sedunia, menyusul Vietnam di nomor dua dan Indonesia di nomor tiga.[ii]  ASEAN boleh berbangga hati, karena dua negara anggotanya adalah penghasil kopi terbesar.

secangkir kopi "pahit" 

          Terkait dengan adanya pasar bebas di tahun 2015 mendatang, serta upaya menuju komunitas ASEAN 2015 kelak, muncul wacana, mampukah Vietnam dan Indonesia merebut pangsa pasar kopi dunia? Mungkinkah kedua negara tersebut menjadi partner produksi kopi, bukan sebagai rival atau pesaing satu sama lain?

          Pertanyaan tersebut mengarah pada analisis sederhana tentang kemungkinan kemampuan Indonesia dan Vietnam dalam merebut pangsa pasar kopi di dunia, berkaitan dengan komunitas ASEANM 2015 medatang.

          Untuk menjawab mungkin atau tidak mungkin, perlu dianalisis dengan pisau bedah filosofis, sebagaimana selalu saya pegang, demi otak berpikir sederhana yang saya miliki. Jadi, analisisnya dimulai dari apa yang dimaksud dengan partner produksi kopi, mengapa wacana ini perlu dianalisis serta kira-kira bagaimana proses yang mengarah ke partner produksi ini berlangsung , serta apa manfaat atau tujuan adanya wacana ini?

Kopi Khas Vietnam

          Bicara tentang hakekat dari partner produksi kopi. Secara harafiah atau berdasarkan kata demi kata, makna partner adalah dua pihak yang berbeda yang bekerja sama karena saling membutuhkan atau melengkapi dalam suatu usaha/kegiatan, kemudian produksi adalah proses mengeluarkan hasil, sementara kopi adalah sejenis pohon yang banyak ditanaman di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, buahnya digoreng dan ditumbuk halus untuk dijadikan bahan pencampuran minuman.[iii]

          Berdasarkan makna per kata tersebut, dipastikan maksud partner produksi kopi Vietnam-Indonesia adalah Kerjasama antara negara (pemerintah) Vietnam dan Indonesia untuk saling melengkapi dalam suatu usaha atau kegiatan menghasilkan kopi (sejenis pohon yang buahnya melewati proses tertentu untuk menjadi minuman).

          Lalu, mengapa diperlukan partner produksi kopi? Untuk menjawab pertanyaan ini, dapat melihat dari beberapa sudut pandang.

          Sudut pandang pertama adalah lokasi kedua negara. Sebagai negara yang tinggal di iklim tropis, serta sama-sama anggota ASEAN, tentu saja memudahkan bagi kedua negara ini untuk menjadi partner produksi kopi. Belum lagi, keduanya berada di dalam komunitas ASEAN, yang memudahkan bagi kedua negara untuk berkomunikasi dan menjalin kerjasama. Dua hal ini saja, sudah mengindikasikan kemungkinan dapat terwujudnya wacana partner produksi kopi bagi Indonesia dan Vietnam.

          Hanya saja, dalam proses kerjasama atau menjadi partner, tentu harus juga melihat kemungkinan kendala-kendala yang dihadapi, ketika mewujudkan proses tersebut. Kendala utama yang bisa menghalangi proses partner produksi kopi ini adalah Lack of Commitment, yang sering menyerang pemerintah Indonesia. Mengapa saya berani mengatakan hal demikian?

          Contoh kongkrit adalah penjelasan pemerintah Lampung kepada jejaring Okezone, bawah awalnya Vietnam belajar tentang kopi dari Indonesia, sekitar tahun 1980an. Mereka datang ke daerah Jember, Jawa Timur untuk mengenal karakteristik Kopi Indonesia.[iv] 
       
          Sekarang (30 tahun kemudian), kapasitas produksinya jauh lebih unggul ketimbang Indonesia. Keadaan ini mengindikasikan, tingginya komitmen pemerintah Vietnam, dan berbanding terbalik dengan pemerintah Indonesia terkait kopi dan penyuluhan soal kopi. Padahal, Vietnam hanya mengandalkan lahan (tanah) di sepanjang sungai Mekong. Sebaliknya Indonesia memiliki lahan (tanah) yang berlipat kali lebih luas dari Vietnam.

          Oleh karenanya, pewujudan partner produksi kopi ini, bisa jadi dapat terwujud, tak hanya sekedar kesamaan kondisi iklim dan lokasi negara dalam satu komunitas, namun dibutuhkan satu visi dan misi yang sama terkait sikap berkomitmen mewujudkan keinginan berpartner. Pihak Vietnam bisa saja mengajari atau berbagi perihal sistem atau cara penyuluhan kopi yang baik, yang selama ini mereka terapkan. Sementara pihak Indonesia haruslah berbesar hati menerima masukan dari negara yang dulunya belajar dari Indonesia. Selain itu, keunggulan Indonesia dari segi lahan, juga mengharuskan negara Vietnam untuk bersedia melakukan kerjasama lintas wilayah dan penyesuaian negara atas penempatan lokasi penanaman kopi mereka.

Dengan komitmen yang tinggi dan seimbang, segala bentuk kerjasama bisa terwujud

          Jika, komitmen ini mengiringi wacana partner produksi, maka pertanyaan tentang mungkinkah partnership itu diberlakukan, dapat saya jawab dengan tegas, adalah MUNGKIN!.

          Lagi pula, tujuan berpartner produksi itu sangat bagus. Selain meningkatkan devisa bagi kedua negara terkait produktifitas kopi, juga menempatkan Vietnam dan Indonesia sebagai negara yang disegani, karena dapat dipastikan melampaui hasil produksi kopi negara Brazil. Efek lainnya, tentu saja membuat komunitas ASEAN di tahun-tahun mendatang, mendapat tempat di mata seluruh negara di dunia.

          So, Coffee, anyone?  :) 

No comments:

Post a Comment

Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more