Feb 4, 2017

[Temanku Penulis] Dekat Mbak Deka, Semangat Nulis Selalu Ikut Membara



Ini foto tanpa editan. Jadi keringat pun ikut mejeng.
Aku suka foto ini, karena kebetulan tema coklat yang dipilih saat itu kali ya.
Dan momen kumpul saat itu, membuatku mengatur ulang semangat menulisku

Siapa yang pernah menduga, jika dunia komunitas menulis, memberi jarak pertemanan kami menjadi dekat.

Aku mengenal perempuan bertubuh mungil ini, awalnya hanya dari nama. Deka Amalia. Ada nama itu di sebuah komunitas untuk region Tangerang Selatan. Sekitar 6 atau 7 tahun lalu.

Kemudian, setelah aku keluar dari group tersebut, karena tidak serg dengan kondisi yang tak kondusif saat itu, aku tak pernah tahu kabar Mbak Deka  -demikian aku memanggilnya- ataupun kabar komunitas region Tangsel tersebut.

Hingga suatu hari, tepatnya sekitar 3 tahunan lalu, aku mencoba bergabung di WSC group, sebuah group kepenulisan di Facebook. Dan kembali mengenal mbak Deka, yang ternyata founder group tersebut.


Pertama kali diajak gabung, juga langsung didaulat untuk membagi pengalamanku menuliskan antologi “Dan Akupun Berjilbab,” sebuah buku yang kususun tahun 2010 lalu, dan memiliki banyak story terkait ngeblog di Multiply dan kehidupan media sosial Facebook.

Selesai acara sharing kepenulisan, dan menjelang launching buku antologi dari Komunitas WSC
di FX Senayan


Tak lama, mbak Deka, dengan cepat, mengajakku bergabung di sebuah acara kepenulisan di kawasan FX Senayan. Sejak itu, silaturahim kami semakin sering berlangsung. Ditambah tiga hal kesamaan yang membuat aku merasa “klik”dengan Ibu dari 3 puteri bernama Suci, Sisi dan Salsa ini. 

Pertama, kami sama-sama penulis dari Tangsel, hehehe. Kedua, sama-sama mantan dosen. Meski beda jalur. Mbak Deka berangkat dari dunia pendidikan sastra, sementara aku dari dunia pendidikan ilmu hukum. Keliatan ya, yang nyeleneh jalurnya siapa? Hehehe…
Dan alasan ke tiga, karena ternyata, anak-anak mbak Deka adalah alumni dari SD yang sama dengan tempat kak Billa -putri sulungku- sekolah saat ini.

Hahaha
No make up at all... jumpa di SD anak. Aku hendak jemput Billa, mbak Deka anter anaknya yang kelas 6 SD. 

Sebetulnya, banyak hal lain, yang membuat kami kalau ngobrol nyambung. Aku belajar tentang perjuangan mbak Deka jadi seorang ibu dari putri yang tuna rungu namun  sangat berbakat di bidang menggambar. Sering cerita perjuangannya menjadi penyemangat diri. Karena aku pun menghadapi cobaan yang mungkin tak sebesar mbak Deka, dalam menghadapi Aam, -putra bungsuku- yang gifted child.

Mbak Deka sendiri menggeluti banyak bidang, namun benang merahnya adalah menulis. Aku takjub dengan perempuan yang tahun lalu  menginjak usia 50 tahun dan telah merilis buku “Going To 50”secara indie ini, karena tak pernah terlihat capek, selalu senyum dan penuh semangat. Kalau dekat mbak Deka, malu deh ngeluh capek atau tak punya semangat. Hehehe

Boleh dibilang, pertemuanku dengan mbak Deka sudah cukup sering 2 tahun terakhir ini. Selain karena jarak rumah relative satu kotamadya, juga karena ada beberapa kegiatan yang melibatkan kami berdua di dalamnya. Baik itu launching buku, sharing kepenulisan, hingga kelas online, atau sekedar kumpul sesama penulis untuk memicu semangat berkarya.

Kumpul dengan anggota WSC Writerpreneur

Kali ini aku ikutan Pesta Buku 2 barang mbak Deka
Aku ikut launching buku Berdamai Dengan Ayah

Ngumpul, makan dan diskusi kepenulisan bareng Kak Wyk dan Mbak Deka
@ Citos
I love this moment

Senang banget temen-temen penulis ini mau ngumpul di rumah beberapa waktu lalu

ki-ka Anne (blogger dan Homeschooler) mbak Deka (founder WSC), Irma (Penulis buku cerita anak dan buku islami) lalu Aku. (pengennya gak sekedar nulis cerita anak lagi, tapi juga non fiksi dan islami...amin)

Aku mengikuti perkembangan kegiatan mbak Deka lewat media sosial juga. Tak sekedar sebagai mentor dan penulis, juga sebagai  perempuan bisnis, di bidang kepenulisan. Detailnya, bisa dilirik dan baca di blognya www.dekamalia.com dan foto-foto di facebooknya menunjukkan kegiatannya yang full nyaris setiap minggu.

Sebagai tamu di blogku dengan hastag "temanku penulis", aku seperti biasa akan mengajukan 5 pertanyaan  viawhatsapp. Dan ini hasil tanya jawabnya :

1. Aku : “Mbak, masih inget gak pertama kali jumpa Dian? Dimana, kapan dan dalam rangka apa?”
 *Ini adalah pertanyaan standar namun wajib. Sekedar membuktikan bahwa memang kami mengalami proses awal pertemanan. J

Mbak Deka : “Ingat banget. Aku ke rumah Dian bareng Cici Tanti. Kita ngobrol sampai sore. Dalam rangka maen xi xi xi.”

Ini moment cakep
Pertama kali kopdar sama mbak Deka
ditemenin makmin KEB yang super sibuk Cici Tanti Amelia
di depan rumah kontrakan di Gelatik hehehe

2. Aku : “Dari sekian banyak profesi Mbak Deka baik pekerjaan yang dulu hingga sekarang mbak Deka jalani, seperti penulis, trainer, dosen, mentor, bisnis woman,... mana yg paling Mbak Deka sukai nomor 1. Berkenan dibuat listnya, dan kenapa?” 

Mbak Deka : “Berikut, list profesi yang disukai:
1) penulis karena penggilan hati. Rasanya nanti akan lebih banyak menulis. Setelah bisnis berjalan lancar, aku akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menulis. 
2) Trainer/mentor. Karena cinta banget sama dunia mengajar. Sudah mendarah daging sejak dulu.
3) Bisnis woman. Dengan ini ingin bisa lebih banyak berbagi manfaat dan membuka peluang bagi banyak orang utk terlibat. Sementara Dosen sudah pensiun tetapi tetap di jalur pendidikan.”

Mbak Deka dan Delima



3. Aku : “Mbak Deka memiliki 3 anak perempuan dgn beda2 karakter. Mbak Deka berharap gak mereka akan mengikuti jejak Mbak Deka sebagai penulis?”

Mbak Deka : “Memiliki 3 anak tentu berharap tetapi tidak mau memaksa. Karena anak harus dibebaskan melakukan apa yg mereka cintai. Seperti aku mencintai dunia menulis dan mengajar.”

4. Aku : “Dalam berhubungan dengan penulis lain, Kiat apa yg Mbak Deka pakai untuk tidak baperan atau mudah tersinggung atau tersindir...?”

Mbak Deka : “Kiatnya,  mencoba memahami perbedaan dan tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang aku. Selama aku yakin yg aku lakukan benar dan tidak merugikan siapa pun maka aku akan terus berjalan di jalurku utk meraih impian.”

5. Aku : "Saat ini... apakah cita-cita Mbak Deka sudah terwujud atau Mbak Deka masih ingin melakukan  hal lain? Atau punya mimpi yg beda dari yang sekarang dijalanin?”

Deka : “Usia sudah 50 tetapi cita-citaku masih setinggi langit. Belum terwujud semua. Masih bertahap meraih impian. Tetapi aku melihat banyak orang sukses memulainya setelah usia lebih dari setengah abad ini. Maka aku semangat. 
Rasanya nggak pengen melakukan hal lain atau melakukan hal yg berbeda. Aku merasa sedang berjalan bertahap meraih impian.
Krn masih banyak yg ingin diraih, di antaranya pengen punya banyak buku solo.”

Kegiatannya sungguh penuh dan bermanfaat.
keren !


Ini bareng Irma, saat wawancara radio.
Buku yang dipegang Irma, adalah antologi yang kususun dan kutulis bersama 9 teman lainnya
dan diterbitkan indie, atas bantuan mbak Deka
See….kalian bacakan ? Betapa selalu menyala semangat yang ada di diri Mbak Deka, patutlah kita contoh. Terutama oleh aku, yang cenderung “pemalas” bila memakai indicator kegiatan yang mbak Deka jalani saat ini. Meski sering kali, ia selalu menghiburku dengan kalimat “kelak kalau Billa dan Aam sudah pada besar, Dian akan punya waktu untuk menulis. Aku dulu mengorbankan banyak waktu menulisku, karena konsentrasi pada kegiatan Suci. Sekarang anak-anak sudah pada besar, waktunya buatku mengembangkan diri kembali.” (Detailnya sih aku lupa ya kalimat mbak Deka. Tapi jika kubuat sebuah dialog… maka kalimat-kalimatnya akan seperti itu…. )
Narsis bareng, menjelang diskusi bukunya Kak Wyk :)
Saat ini, mbak Deka aktif mentoring beberapa penulis. Ada penulis yang dari Nol banget, tapi ada juga yang sudah mumpuni nulis, tapi terkait non fiksi belum pede… *tunjuk idung sendiri. Wkwkwkw…

Ketahuan deh... aku minta diawasin bikin buku non fiksi sama mbak Deka.
Soalnya kalau ditemenin gini, in sya Allah semangat ngerjain naskahnya :) 
 Juga kegiatan bersama komunitas WSC serta perusahaan Delima, yang bergerak di bidang writing for healing. Aku agak kepo nih ama kegiatan ini, kemaren belum sempat ngobrol-ngobrol sama mbak Deka. Hehehe.

Kisah kemenangannya dirilis di Tabloit Nikita 

Aku  senang bisa kenal dengan perempuan yang baru saja mendapat juara ke 2 dalam lomba Inspiring Womanpreneur Competition ke 8 tahun 2016. Apalagi saat ngobrol dan diskusi naskah kemarin ini, aku diberinya “kunci” cara ia bisa menulis beberapa naskah dalam waktu berdekatan. Meski ternyata Kuncinya sederhana, dan pernah kulakukan saat masih jadi dosen dulu, namun lucunya, aku nggak ngeh, jika pola tersebut bisa dilakukan di dunia kepenulisan. Hehehe.

"Dengan cara ini, kita seperti memiliki folder dan laci tersendiri. Saat kita stuck di satu  naskah. Kita bisa berpindah dengan luwesnya ke naskah lain. Dan ini butuh latihan dan sering dilakukan. Jadi Dian jangan heran, jika dalam satu waktu, aku bisa menulis 2-3 buku sekaligus." jelas mbak Deka yang bikin aku bengong. 

Memang, perlu orang luar untuk membuka dan memberi pencerahan pada otakku ini. Soalnya kalau sudah mandeg, susah banget mikir dan nulis. Kebanyakan bengong dah kalau sudah kena deadlock. Padahal ada cara yang “cakep”mengatasinya.

Mau tau caranya? Temenan deh sama mbak Deka…. Atau minta dimentorin dia.
J hehehe

Baiklah, demikian kisah temanku penulis kali ini. Mudah-mudahan Mbak Deka selalu sukses dan sehat ya. Bangunan mimpi yang keren banget di bidang menulis semoga terwujud sesuai keinginan. Dan aku bisa ikut menyaksikannya, serta ikut sukses seperti mbak Deka. J



No comments:

Post a Comment

Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more