Aug 1, 2020

Seberapa Penting Ikut Kelas Menulis?

Apa sih kelas menulis itu?

Kalau kuingat-ingat, mungkin sudah puluhan kelas menulis yang kuikuti. Baik daring (dalam jaringan internet) maupung luring (luar jaringan interner).

Kelas menulis sendiri merupakan kelas yg di dalamnya ada mentor menulis, mentee atau murid dan admin atau pihak penyelenggara suatu kegiatan belajar menulis.

Bisa beragam genre dan berbagai cara, tema dan gaya pengajaran. Ada yg hanya satu tema tanpa output jd buku. Ada juga yg memakai kurikulum hingga lahir jadi sebuah tulisan bahkan buku.

Pertanyaannya, kenapa bisa sampai puluhan dan mengapa perlu ikut kelas menulis?

Aku jawab dulu pertanyaan mengapa perlu ikut kelas menulis, ya.

Alasanku antara lain:

1. Karena menulis naskah baik fiksi dan non fiksi itu punya kriteria dan syarat tertentu, maka aku harus mengenalnya lebih dekat. Cara yang paling efektif dan efisien buatku sebagai pendatang baru di dunia menulis pada tahun 2009 adalah, ikut kelas menulis. Dari sini aku bisa mengenal banyak kriteria kepenulisan sehingga paham, mana yang terlebih dahulu kucoba pelajari saat memulai menulis.

2. Membangkitkan semangat dan nuansa menulis itu penting. Semua itu bisa didapat saat kita ikut kelas menulis. Baik online maupun offline. Karena dengan demikian kita dapat mengenal teman-teman sesama penulis serta membangun networking yang kelak bermanfaat bagi kita penulis yang baru merintis. 

3. Memberikan banyak ilmu pengetahuan dari pihak-pihak yang mempraktekkannya. Jadi para praktisi itu tidak saja memberikan teori-teori kepenulisan, namun juga pengalaman mereka sebagai penulis sekaligus trik dan tips yg mereka terapkan saat menulis. Ini penting, karena semakin sering dan lama pengalaman kita menulis, maka semakin banyak kiat-kiat yg memudahkan penulis memulai tulisan hingga menerbitkannya. Hal ini akan didapatkan saat kita ikut kelas menulis.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa sampai puluhan kelas menulis?

Sebetulnya, awalnya, aku hanya ikut kelas online atau daring. Namun lama kelamaan, masuk komunitas dan akhirnya malah dikenalkan dengan kelas menulis offline atau luring. Dan level keseruannya berbeda, meskipun targetnya tetap sama, yakni menulis tema atau genre tertentu. 

Aku ingat, pertama kali ikut kelas menulis itu, kelasnya mbak Ifa Avianty. Waktu itu modelnya belajar lewat email. Kisaran tahun 2007 kalau tidak salah. Aku mengenal beliau lewat platform Multiply.

Kelas ke dua dan  masih online adalah kelas Kang Iwok Abqary melalui platform Blogfam. Kami belajar melalui jalur group FB ya kalau tidak salah. Ini kisaran tahun 2009. Aku sudah punya momongan waktu itu. Dari kelas online ini, naskahku ada yg terbit di majalah Bobo berjudul Sayap Peri Elly dan ada yg terbit di kumcer terbitan Penerbit Talikata berjudul Rahasia Rumah Reyot.

Sejak itu, aku ikut banyak sekali kelas online. Mulai dari kelasnya Kang Ali Muakhir di Winner Class, kelasnya Teh Ary Nilandari, kelasnya mas Bambang Irwanto di Rumah Kurcaci Pos dan puluhan kelas lainnya, berbayar maupun gratisan. Sampai ikut kelasnya Tasaro di wag dan kelas menulis dari hati ala A Fuadi. Ini yang terbaru di tahun 2020. 

Nyaris kalau dihitung-hitung, lebih 40 kelas online yang kuikuti sejak 11 tahun terakhir. Kebanyakan sih, kelas menulis fiksi cerita genre anak-anak, hingga genre dewasa. Dari bentuk cerpen, hingga novel. 

Akupun suka ikut kelas offline atau luring serta workshop kepenulisan. 

Aku masih inget banget, ikutan workshop menulis sehari bareng Asma Nadia, juga pernah bareng Pena Lectura, tak lupa workshop bareng Triani Retno dan Bambang Trim. Ini adalah sebagian kelas offline berupa workshop yg kuikuti. Bang Asis, suamiku, berperan besar di sini. Karena dia bersedia menjaga Billa saat aku belajar di ruangan. Dia dan Billa menunggu di ruangan lain dan aku biasanya bolak-balik memberi ASI untuk Billa putri pertamaku. 

Yang paling mengesankan untuk karir menulisku di bidang novel anak adalah 2 kelas offline.

Satu kelas workshop First Novel kerjasama Tiga Serangkai dengan Komunitas FPBA. Aku lolos melahirkan 2 novel anak  serial Odie dari workshop pertama di Bandung 2010. 

Kemudian, aku ikut kelas offline dalam beberapa kali pertemuan, bersama kelas ajaibnya Bhai Benny R di Museum Mandiri. Dari kelas ini aku melahirkan 2 novel anak yakni The Cousins dan Gomawoyo Chef!

MasyaAllah, aku juga ikut dan lolos audisi Workshop Room To Read 2017 dan 2018 di Yogyakarta. Hingga lahirlah Pictoral Book pertamaku berjudul Tuing-Tuing dan Sihir Otir. 

Alhamdulillah, puluhan kelas online dan offline tersebut memberikan banyak sekali keuntungan buatku baik sebagai penulis pemula 11 tahun lalu, maupun menjadi mentor sekarang ini di kelas Permen (Program Menulis Novel (Anak) dan kelas Perca (Program Menulis Cerita (Pendek) Anak) sejak 5 tahun lalu.

Berikut ini, sedikit simpulan jika tertarik kelas online atau offline.

Jika memilih kelas online, maka keuntungannya adalah, menghemat waktu, terutama bagi ibu rumah tangga model saya. Nggak perlu ke luar rumah, hemar ongkos, cukup mantau dan konsen dari rumah sambil berhadapan dengan gadget atau laptop. 

Cenderung memiliki fleksibilitas waktu yg cukup. Sehingga bisa sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jeleknya sih, susah fokus sehingga sering kali pengetahuan yg didapat tidak 100 persen dipahami. Selain itu, semangat menulisnya lebih banyak datang dari diri sendiri. 

Atmospere semangat menulis tidak terlalu besar, meskipun tetap memberi pengaruh banyak bagi mood booster menulis.

Sementara itu, kelas menulis offline, membutuhkan effort lebih besar karena harus hadie secara fisik di lokasi dan mengikuti kegiatan seharian atau lebih dari 2 jam. Ini membutuhkan siasat waktu dan ijin pasangan jika kita emak-emak ya.  Karena harus meninggalkan pekerjaan maupun rumah tangga berikut isi keluarganya dalam beberapa waktu.

Kelebihan ikut kelas offline menurutku adalah lebih fokus dan cenderung bisa konsentrasi penuh saat mengikuti kelas karena diliat langsung. Selain itu athmospere dr belajar bersama itu membuat semakin semangat menulis karena tidak saja situasinya namun kesempatan diskusi dan brainstorming bersama teman-teman satu profesi, sangat mudah memancing ide dan semangat menulis.

Demikianlah, sebagian kecil pengalamanku mengikuti kelas menulis. 

Buatku, dunia belajar melalu kelas menulis inilah yang membuatku mampu menulis dan menjadi mentor menulis seperti sekarang.

Rasa-rasanya akan lebih sulit buatku untuk bisa mencapai posisi saat ini, jika aku tidak ngotot belajar menulis melalui kelas-kelas dari banyak penulis berpengalaman..

Jadi, kamu tunggu apa lagi? Yuk segera ikutan kelas menulis. Aku juga punya rencana beberapa bulan lagi akan buka kelas online menulis novel anak, mulai dari awal hingga 2 bab pertamanya. InsyaAllah.

Wish me luck and good luck for u.... 

#diarypenulis
#kelasmenulis

8 comments:

  1. Untuk orang-orang dengan budget terbatas, bagaimana caranya memilih kelas menulis yang bagus dan sesuai dengan yang dibutuhkan, Uni?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pilih yg audisi dan gratis dr pengumuman kelas Acid. Uni ikut kelas Tasaro 2 x. Thn 2014 sekali di Group FB. Dan thn 2019 sampe sekarang di WAG. Ini cukup mendaftar pd waktu tertentu dan gratis.

      Juga audisi di komunitas, sering ada ini dan hadiahnya workshop2. Kemudian ikutan GA hehehe kayak GA yg uni bikin skrg ada hadiah kelas online.

      Malah jaman sekarang semakib banyak kelas2 menulis yg gratisan secara daring, kayak IG Live kemudian webinar.

      Ada juga yg terjangkau kantong sekitar 30 ribu seperti kelas fantasynya Putu Felicia dan Vina Sri kan?

      Nah, untuk memilih kelas menulis yg bagus dan sesuai, maka saran uni

      1. Pastikan Acid mau mendalami ilmu menulis yg mana dulu, lalu fokus.
      Uni dulu fokus nulis cerita anak. Jd hanya itu yg mau uni ikuti. Kecuali kelas menulis gratis. Genre apa aja uni ikuti kalau gratis.

      2. Pastikan mentor yg mengadakan memiliki banyak buku, pengalaman lebih dr 5 tahun menulis (agar tahu asam garamnya dunia menulis) serta networking yg tercipta setelah ikut kelas. Jadi sepadankan jika kita ikut kelas menulis yg agak mahal, tapi setelahnya kita dikenalkan dengan editor, dengan penerbit dan masih bisa konsul atau ngobrol.

      3. Cari info sebanyak2nya soal kelas tersebut dari alumni yg pernah ikut. Suka duka untung rugi.

      Kira2 gitu tipsnya ya Acid. Sukses selaluuu

      Delete
  2. Pengen ih, ikut kelas novel anak uni😘

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  4. Pengen ih, ikut kelas novel anak uni😘

    ReplyDelete
  5. Molly pengen melok kelas ayuk malah. Kelas permen..

    ReplyDelete

Patah Hati Berbuah Domain Diri

Berdiri di samping banner buku " Dan Akupun Berjilbab" yang aku susun.
Isi buku ini berasal dari lomba "Jilbab Pertama"
yang aku gusung di Multiply tahun 2010, terbit 2011 akhir dan best seller di tahun 2012.


Aku sudah lama mengenal blog. Sekitar awal tahun 2004. Sebelumnya cukup rajin menuliskan kisah dan curhatan hati di blog milik (alm) Friendster.

Belajar ngeblog dengan lebih rutin justru di Blogspot, dan kemudian makin intens di Multipy, yang sebentar lagi akan "membunuh diri".

Aku benar-benar patah hati, ketika tahu Multiply tak akan lama bisa dinikmati. Nyaris pertengahan bulan Ramadan tahun 2012, aku menghentikan tulisanku di sana. Sibuk menyimpan file-file dan akhirnya migrasi ke Blogspot lamaku, dan menjajal areal baru di Wordpress.


Tapi aku kehilangan gairah ngeblog.
read more